Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Merawat Niat Ikhlas, Jangan Sampai Sedekah Salah Sasaran!

14 Mei 2019   11:32 Diperbarui: 14 Mei 2019   11:35 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar - dokumentasi pribadi

Perasaan ini jauh lebih lega dan ikhlas, karena sedikit uang yang saya sedekahkan setidaknya bisa dipastikan tepat sasaran. Dan lembaga pengelola dana sedekah tersebut, lazimnya rutin memberikan laporan penggunaan dana kepada donatur sebagai bentuk pertanggung jawaban.

Atau  kalau pengin sedekah secara langsung dan aman, saya lebih suka memberikan kepada orang yang dikenal, seperti memberi ke satpam di perumahan atau sekolah anak, tukang sampah yang rutin mampir setiap pagi di depan rumah, tetangga yang kita kenal dan memang kekurangan, kerabat yang kita sudah tahu keseharian.

pahala sedekah seperti air yang mengalir-dokpri
pahala sedekah seperti air yang mengalir-dokpri

Kegiatan bersedekah memang baik dan sangat dianjurkan agama, tetapi kalau kita salah sasaran, kemudian kita sadar, bisa-bisa niat yang semula tulus menjelma penyesalan. Sayang banget kan, niat mulia adalah panggilan hati nurani, kalau bersedekah yang seharusnya ikhlas tiba-tiba ternoda karena kondisi di luar perkiraan kita.

Kisah ibu Pemulung dan Mental Pengemis 

Haidist Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW Bersabda, "Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah"

Di sebuah perumahaan di daerah Tangerang Selatan, hampir setiap sore saya mendapati ibu pemulung dengan dua anak usia SD, duduk di depan rumah salah satu warga di pinggiran jalan utama. Ibu paruh baya bersebelahan tiga karung berisi barang bekas, yang dipunguti dari kotak sampah warga perumahan tersebut.

Tampaknya ibu beranak kecapekan, setelah berjalan keliling perumahan dengan memanggul beban karung berisi hasil memulung. Tiga karung tampak padat (masing-masing dibawa ibu dan dua anak) penuh muatan, teronggok di sebelah tempat dia duduk, sebelum beranjak pulang rupanya mereka ingin mengembalikan tenaga.

Si ibu duduk sambil melihat mondar-mandir kendaraan, sementara dua anak jelang usia belasan memanfaatkan waktu dengan bermain (apa saja) seadanya, di guratan wajah polos tidak tampak kesedihan. Di salah satu tangan anak, memegang seplastik es teh (saya pernah memergoki) untuk diminum berdua secara bergantian.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Kami sekeluarga cukup familiar dengan Ibu pemulung, setau kami rumahnya di kampung pinggiran dekat perumahan. Kalau kebetulan (baik saat jalan kaki atau naik motor) kami berpapasan, si ibu menyapa dengan menganggukan kepala sembari sedikit membungkukan badan dan kami membalasnya.

Kalau sedang ada rejeki, saya dan istri tidak enggan berbagi kepada ibu ini, kebetulan kami tahu dua anaknya masih bersekolah di Sekolah Dasar Negeri. Pun kalau kebetulan di rumah sedang ada hajatan, persediaan makanan sedang banyak, hati ini tidak berat membagikan makanan untuk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun