Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguji Kalimat "Dunia Milik Berdua" Melalui Pernikahan

17 Maret 2019   05:40 Diperbarui: 17 Maret 2019   05:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber cahayanabawi.com

Mengalahkan ego bukan hal yang mudah, tetapi hal ini (mengalahkan ego) menjadi kelaziman ditempuh pada sebuah pernikahan.

Mengelola ego suami dan istri dalam pernikahan, terjadi dan berlangsung sepanjang kehidupan pernikahan dijalani.

Kedewasaan akan teridentifikasikan, dari seberapa kuat dan seberapa mampu diri ini mengontrol dan mengelola ego. Semakin sering suami dan atau istri mengalah, demi kebahagiaan dan keutuhan bersama, maka semakin ego itu bisa ditaklukkan.

sumber cahayanabawi.com
sumber cahayanabawi.com
Seorang suami yang sepenuh kesadaran, bangun dini hari, bergegas mandi saat udara dingin kemudian berangkat kerja saat matahari belum tampak.

Kemudian hasil kerja keras dan segala diupayakan, dibawa pulang menjadi persembahan terbaik untuk istri dan anak-anak di rumah.

Seorang istri rela mengabdikan diri, bangkit dari tempat tidur sebelum suami bangun, berjibaku di dapur mempersiapkan segala kebutuhan pagi hari.

Istri bersedia (tentu dengan kesepakatan bersama, misalnya) mengesampingkan karir di luar rumah, dilakukan penuh suka cita demi kebaikan bersama.

Maka hanya dengan pernikahanlah, memungkinkan semua proses saling mengalah dan menyediakan diri berkorban bisa terjadi. Maka hanya dengan pernikahanlah, memungkinkan terbukanya pintu-pintu pembelajaran untuk saling menghargai dan saling terikat bisa terjadi.

"Ikatan suci Pernikahan" sesungguhnya bisa menjadi kata sakti, sehingga suami dan atau istri tidak bisa berlaku aniaya dan seenaknya. Pernikahan, bisa menjadi sarana bagi suami dan istri, untuk terus belajar (seumur hidup) dan saling mendewasakan diri.

Maka jangan heran, kalau jiwa yang semula kerdil, akan bertumbuh menjadi jiwa pembelajar yang penuh toleransi. Pernikahan bisa menjadi ajang mengajarkan banyak hal tentang kesabaran, melembutkan hati yang semula keras dan angkuh (karena ego dikelola).

Kalau dengan menikah, ternyata belum merubah sifat kekanakan, sebaiknya introspkesi diri dan segera berbenah. Menikahlah dan siaplah berproses menjadi dewasa, karena menikah bisa menjadi cara untuk menguji seberapa kuat kalimat 'Dunia Milik Berdua'

-- salam -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun