Menikah itu Tidak Memberatkan
Manusia pertama Adam AS, diciptakan dan diturunkan di surga dan dipenuhi segala macam kebutuhan. Kemudian suatu saat dilanda perasaan kesepian (padahal sudah di surga sudah tersedia fasilitas lengkap lho), karena hidup seorang diri. Nabi pertama ini kemudian memohon kepada sang Khalik, untuk diberikan pendamping hidup dan diturunkan Siti Hawa. Dari dua muasal manusia (Adam dan Hawa) inilah, akhirnya beranak pinak berketurunan, sampailah pada kita manusia akhir jaman.
Berpasangan (laki-laki  dan perempuan), sejatinya sudah menjadi fitrah penciptaan manusia. Kalau berpasangan tidak dikategorikan fitrah, (asumsi saya) Nabi Adam pasti sudah nyaman dalam kesendirian dengan fasilitas lengkap di surga.Â
Kita manusia diciptakan tidak sempurna, sehingga butuh orang lain untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Sebegitu utamanya menikah, disebutkan dalam sebuah hadist Al Baihaki dalam syu'abul iman, (intinya) "Bahwa jika seseorang menikah, maka menyempurnakan separuh agama." (detilnya silakan googling)
Begini, setiap fase kehidupan memiliki tantangan sendiri. Hidup ini ditakdirkan dengan tantangan, dan manusia dibekali akal pikiran untuk menyelesaikan tantangan tersebut.
Persoalan gagal dan atau berhasil menghadapi tantangan, menurut saya point-nya (sebenarnya) bukan pada hasil akhir. Titik beratnya adalah, seberapa sungguh manusia berusaha dengan maksimal, untuk menyelesaikan tantangan sebaik mungkin. Kesungguhan dalam proses berusaha inilah, Â yang akan menentukan kualitas manusia. Maka kalau ada istilah "bekerja sepenuh hati", bisa menjadi representasi kesungguhan manusia dalam berusaha.
Kalaupun ada kasus, seseorang sampai usia (misalnya) tigapuluh atau empatpuluh tahun lebih, bahkan sampai tutup usia sekalipun, Â belum menjumpai pendamping hidup, jangan serta merta memberi penilaian.Â
Selama upaya (mencari belahan jiwa) terus diikhtiarkan, kemudian niat menggenapkan separuh agama terus dikuatkan, mungkin hanya menunggu waktu. (termasuk yang selama hidup di dunia, Â belum menemukan belahan jiwa, Â Insyaallah akan bersua jodoh di alam kekal - Wallahu'alam). Sekali lagi, Â yang penting upaya pencariaan itu, Â jangan pernah putus asa.Â
Masalahnya, kalau dari dalam diri sudah kendor niat seperti kisah di awal tulisan. Semangat itu tidak tampak membara, meskipun kesempatan sudah tersedia di depan mata---ya susah juga.