Target penyelesaian seluruh pekerjaan (tersisa) 55%, akan rampung hingga bulan Desember 2019 (pekerjaan sudah dimulai desember 2017).
Dari Embung Pea Parsinagaan Kemudian Menari Sigalegale Â
Dari Tano ponggol, masih ada waktu sebelum kami menunaikan sholat jumat. Dan Embung Pea Parsianagaan, menjadi tujuan perjalanan kami selanjutnya.
Melihat pembangungan Embung Pea Parsingaan, yang merupakan pengembangan untuk areal pertanian, digunakan pengairan sawah dan tanaman palawija seperti jagung, kacang dan sayuran.
Melalui pemeliharaan irigasi yang terjaga, sesuai kebutuhan pola tanam. Niscaya akan meningkatkan produksi dan ketahanan tanaman pangan, di kab Tapanuli Utara khususnya dan Sumatera Utara pada  umumnya.
Kami tidak terlalu lama di embung, agar tidak tertinggal ibadah sholat jumat di masjid tepian Pulau Samosir. Selepas beribadah, kami menuju Desa Wisata Tomok Parsaroan, Simanindo Samosir.
Saya hanyut dalam tarian sigalegale, sebuah tarian diilhami dari kisah raja yang sangat sayang pada anaknya. Jiwa keayahan saya menyeruak, terpesona mendengar kisah yang dituturkan oleh pemandu tarian. Tari Sigalegale, kala itu sebagai tarian penghiburan bagi raja yang ditinggal wafat anaknya (karena perang untuk memperluas kekuasaan raja).Â
Saking sedihnya sang Raja nyaris kehilangan akal, hingga dipanggil dukun untuk mengadakan ritual memanggil arwah si anak. Melalui perantara patung ukir dari kayu, akhirnya arwah anak masuk ke patung kayu dan bergerak dengan halus dan lemah gemulai selama tujuh hari tujuh malam, Sang raja terhibur hingga pulih kembali.
"Sigalegale artinya lemah gemulai" ujar pemandu tarian
Perjalanan seharian rasanya komplit, dari Tano ponggol, lingkar luar samosir, Embung Parsinagaan dan jelang senja kami sampai di desa wisata Tomok.