Dari kegiatan- kegiatan ini, masalah isi perut bisa diselesaikan. Lumayan kan, uang jatah makan siang atau makan malam bisa disimpan.
Namanya juga manusia, setelah gaji bertambah pengin beli ini dan itu yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Biasanya nebeng nonton teve di kost teman, pengin beli teve sendiri --otomatis nambah bayar listrik ke ibu kost.
Biasanya nyuci sendiri seminggu sekali, mulai deh pengin nge-laundry. Uang jatah detergent -- sebungkus bisa lebih dari sebulan---bisa habis sekali laundry
Seiring bertambahnya penghasilan, --biasanya-- dibarengi keinginan (catat keinginan bukan kebutuhan) baru yang mulai bermunculan.
Penginnya punya jadwal nonton bioskop, setidaknya seminggu sekali. Kemudian pengin juga dong --biar kaya orang-orang--, nongkrong di cafe --mula-mula---sebulan sekali.
Awalnya memang benar sebulan sekali, tapi lama-lama berubah menjadi dua minggu sekali, selanjutnya seminggu sekali dan seterusnya.
Ya, setiap keputusan diambil memang mengandung resiko masing-masing. Termasuk dalam hal pengeloaan keuangan, memilih berhemat atau boros mengadung konsekwensi.
Saya pernnah membaca sebuah buku, tentang analogi sebuah perencanaan keuangan. Misalnya punya uang 25 ribu, ya memang isa habis untuk sekali makan. Asalkan memilih menu ayam bakar plus tempe (taruh kata 18 ribu) dan jeruk anget ( 5 ribu), kerupuk ( 2 ribu).
Tapi dengan uang yang sama, ternyata bisa untuk makan dua atau tiga orang sekali makan -- untuk diolah sendiri--.
Misal beli beras seliter ( pilih yang harga 9 ribu), beli tempe mentah (satu potong di tukang sayur 4 ribu, bisa lebih sekali masak) dan sisanya beli sayuran (masak tumis).