Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sebulir Peluh Pejuang Gizi di Towe Hitam Papua

5 Desember 2017   20:09 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:29 2575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghayutkan diri di sungai - dok fb Septiyan

Puskesmas Towe Hitam - dok FB Soni Tehe
Puskesmas Towe Hitam - dok FB Soni Tehe
Puskesmas Towe Hitam, terletak di tengah hutan. Tiada alat transportasi, tiada signal telepon, untuk penerangan mengandalkan listrik tenaga surya.

Untuk belanja kebutuhan, kami mengandalkan pesawat sewaan Kemenkes, datang mengirim obat dan perlengkapan lain.

Rasanya tak sanggup carter sendiri, musti menyiapkan dana 17 -- 22 juta sekali sewa. Sekali belanja, untuk persediaan selama enam bulan kedepan bahkan lebih.

Jarak antar kampung sangat jauh,  terdekat adalah Kampung Bias, itupun hanya bisa dicapai dengan jalan kaki, selama delapan jam. Ada lagi Kampung Tefalma, mencapainya butuh waktu tiga hari dengan jalan kaki.

melintasi jalan setapak - FB Soni Tehe
melintasi jalan setapak - FB Soni Tehe
Pernah satu saat, kami melakukan layanan PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Sungguh berat medan untuk menuju lokasi,  kami musti menyusuri sungai, lembah terjal dan curam.

Karena kecapekan, terbetik ide menghayutkan diri di sungai. Sekitar dua jam di aliran air, lumayan menghemat energi dan mengurangi kram pada kaki.

Menghayutkan diri di sungai - dok fb Septiyan
Menghayutkan diri di sungai - dok fb Septiyan
Kesulitan bertambah, ketika ada kasus pasien dirujuk ke rumah sakit di kota. Terpaksa, menunggu sampai berminggu-minggu. Berjaga, ada pesawat sedang singgah dari tempat lain.

Pada titik ini, saya merasakan manfaat pelatihan bela negara, pernah diberikan sebelum penempatan ini.

Waktu ke waktu berlipat, berkelindan dan terus melaju. Jelang duapuluh empat bulan terlewatkan, saatnya musti beranjak pergi.

Matahari, tanah, rumput, sungai, bebatuan, udara, langit, pepohonan, angin dan semua tentang Towe Hitam terasa menyatu di kalbu.

Peluh keringat sebagai ahli gizi, semampunya telah saya upayakan. Setitik kontribusi ini, sungguh belum berarti, bagai setetes air di hamparan sahara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun