Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perkawinan adalah Tentang Bagaimana Mengelola Ego

7 September 2017   07:58 Diperbarui: 7 September 2017   17:06 3606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
prosesi salaing menyuapi dalam acara pernikahan, perlambang suami istri saling mengasihi -dokpri

Apa yang membuat ibu ini tak bergeming, jawabnya adalah anak-anak. Yup, anak sebagai alasan utama. Drinya sendiri tidak terlalu dipentingkan, meski rela dijadikan pesakitan atas perilaku suami sendiri. 

Tumbuh kembang dan masa depan buah hati, menjadi skala prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar.

Alasan selebihnya, bagaimana dia menjaga perasaan orang tuanya yang sudah sepuh. Bagaimana menjaga keutuhan keluarga telah dibangun, terutama dari pandangan tetangga dan lingkungan pergaulan.

Apakah mudah, tentu keputusan yang sangat tidak mudah. Pengorbanan demi pengorbanan ditempuh, atas pilihan sulit yang diambil sepenuh kesadaran.

Jangan bicara tentang HAM dan kesetaraan gender, ilmu perempuan ini tak sampai sejauh itu. Baginya bisa bertahan demi anak anak, itu saja sudah lebih dari cukup.
-0-

Masa melipat peristiwa demi peristiwa, beriring perjalanan waktu, kehidupan punya cara sendiri membalik keadaan.

Lelaki berbadan perkasa itu, menginjak usia enampuluhan raganya ringkih melemah. Kekuatan dulu bersemanyam di tubuh sirna, berganti dengan merasakan penyakit ini dan penyait itu. Raut muka keras, sorot mata tak bersahabat, sekelebat masih melekat pada paras.

Watak kaku tak serta merta luntur, meski tak lagi dimbangi tenaga kuat. Saya berani menjamin, dengan sekali pukul dan tendangan pertahanan badannya langsung tumbang.

Perempuan memendam lara, bersetia pada lelaki yang telah membuatnya nelangsa. Mengurus dengan telaten si suami, layaknya mengurus kanak-kanak. Perempuan yang diabaikan dari sikap ramah, bertahan mendampingi disaat raga suami melemah.

Kini nyaris tiga dasawarsa perjalanan rumah tangga, anak anak tumbuh dewasa dan menikah. Dua cucu mewarnai hari tua, sebentar lagi anak kedua melepas mas lajang.

Ganjaran atas pengorbanan panjang dirasakan, anak dan cucu sangat menyayangi perempuan usia setengah abad. Rona sumringah menghias, membasuh duka dan luka hati sekian lama ditanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun