Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saat Kompasianer Berbincang dengan Mantan Teroris dalam KomiK Ngoplah Perdana

20 Juni 2017   20:33 Diperbarui: 21 Juni 2017   14:12 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bram sedang berkisah
Bram sedang berkisah
Sebut saja Bram nama lelaki usia baya, bercerita bagaimana awal keterlibatan dalam beberapa aksi pengeboman. Sorot matanya yang tajam sungguh sangat berbicara, merepresentasikan jiwa pemberani di balik tubuhnya yang kekar dan tangguh.

Sejak kecil tinggal di Aceh, lelaki yang kini memiliki usaha catering pernah melihat orang dibunuh di depan matanya. Hingga sikap empati tumbuh subur di dalam dirinya, Bram sangat tidak suka melihat orang lain didzolimi. Hal ini dibuktikan ketika bekerja di sebuah bank swasta, teman yang bagian OB dan staf rendah tidak mendapat hak berupa bonus.

Keberaniannya menanggung resiko dibuktikan, Bram meminta management membayar bonus pada staf bawah. Tak pelak sikap frontal tersebut menuai hasil, namanya dicoret dari daftar karyawan oleh bagian HRD.

Sikap empati pada pihak tertindas ini terus meletup, hingga ada pihak yang memanas-manasi untuk melakukan tindakan lebih besar. Singkat cerita Bram terlibat pada peristiwa bom di tanah air, lelaki berkulit legam dengan langkah tegap ini siap mati.

Akhirnya tertangkap dan dijebloskan ke penjara, di tempat inilah masa pencarian kesejatian dimulai. Bram mendapatkan pencerahan tentang arti perjalanan hidup, hingga memantapkan hati bahwa jalan yang ditempuh selama ini adalah salah.

Masa di penjara adalah tahap belajar, rutin mengikuti pelajaran dan ketrampilan memasak. Hingga ketrampilan ini dijadikan bekal kembali ke tengah masyarakat. Kini Bram ingin kembali hidup normal, bekerja seperti layaknya orang kebanyakan dan hidup tentram bersama istri dan anaknya.

nobar jihad selfie- dokpri
nobar jihad selfie- dokpri
Sepenggal kisah hidup Bram menjadi pelajaran, persis seperti kisah yang dituangkan dalam film dokumenter Jihad Selfie.

Anak-anak belia usia SMA terpana dengan sebayanya, menyandang laras panjang dengan ikat kepala bertulis huruf arab. Mereka dikader menjadi "pembela agama", dicuci otak agar tidak takut dengan apapun demi jihad. Namun kekuatan doa dari orang tua menjadi pegangan, sehingga anak-anak bisa kembali dalam pelukan keluarga.

Oh anak-anaku, orang tua manapun tak bakal rela melepas kalian di jalan salah. Maka tugas orang tua juga merangkul anak-anak, agar jiwanya merasa selalu didekap ayah dan ibunya.

KomiK Ngoplah perdana ini menancapkan kesan mendalam, semoga bisa berlanjut untuk KomiK Ngoplah selanjutnya dan selanjutnya. --salam-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun