Saya pribadi cukup akrab dengan acara Ngoplah atau Ngobrol di Palmerah, beberapa kali sempat hadir untuk acara bedah buku Kompasianer's. Namun sebagai admin komunitas penulis film di Kompasiana, saya masih bingung membuat format KomiK Ngoplah.
Ketika itu KomiK pernah "ndompleng" kegiatan bersama Paviliun 28 di daerah Petogogan, menggelar event bertajuk KomiK Ngabuburit. Acara diisi dengan pemutaran film dokumenter Jihad Selfie, dilanjutkan diskusi bersama Yayasan Prasasti Perdamaian.
Film berjudul Jihad Selfie, mengisahkan anak-anak muda yang direkrut dalam jaringan terlarang via medsos. Membaca ulasan ciamik dari admin KomiK Dina Mardiana tentang film ini, saya terperangah dengan fenomena yang sedang terjadi.
Sebagai orang tua dengan anak beranjak remaja, saya cukup miris dan dituntut membentengi anak anak. Betapa bahaya sedang mengintai anak-anak kita, melalui sesuatu yang sedang ngetren dalam hal ini media sosial.
Kita para orang tualah yang paling bertanggung jawab, terhadap apapun yang terjadi pada anak-anak kita di rumah. Maka mendekatkan diri sedekatnya pada anak-anak, berusaha membuka komunikasi seluasnya tanpa sekat. Hal ini bisa menjadi tindakan preventif menguatkan jiwa dan mental, sebelum anak-anak "direbut" oleh pihak-pihak yang ada di luar rumah.
Akhirnya terbetik ide membuat KomiK Ngoplah, bertiga admin KomiK berembug  bagaimana mewujudkan acara ini. Admin Dina Mardiana menghubungi pemilik film dokumenter, admin Dewi Puspa menyisihkan budget untuk takjil dan saya mencari sponsor untuk konsumsi.
Bukan hal yang mudah mencari waktu yang pas, agar narasumber bisa hadir di kantor Kompasiana di daerah Palmerah. Apalagi ada wacana dari pemilik film, akan mengajak mantan teroris yang kini sudah lepas dari jaringan di masa lalu.
Saya pribadi sebenarnya sudah mendapat sponsor buka puasa, sebuah restoran cepat saji ternama bersedia mensupport kegiatan. Namun begitu mengetahui judul film Jihad Selfie, langsung minta diganti film yang temanya lebih netral. Karena keterbatasan waktu admin KomiK kesulitan mengganti film, akhirnya restoran tersebut dengan halus menyatakan mundur teratur.
Kerjasama yang cukup solid dari tiga admin KomiK, sampai hari H pelaksanaan acara KomiK Ngoplah bisa berjalan relatif lancar. Kompasiana melalui admin Kevin dan admin Nindy sangat mensupport, berkenan menyediakan studio room di lantai 6 yang nyaman. Tak lupa mempersembahkan cinderamata khas Kompasiana, sebagai kenang-kenangan untuk narsum dan peserta yang hadir.
-0o0-
Sejak kecil tinggal di Aceh, lelaki yang kini memiliki usaha catering pernah melihat orang dibunuh di depan matanya. Hingga sikap empati tumbuh subur di dalam dirinya, Bram sangat tidak suka melihat orang lain didzolimi. Hal ini dibuktikan ketika bekerja di sebuah bank swasta, teman yang bagian OB dan staf rendah tidak mendapat hak berupa bonus.
Keberaniannya menanggung resiko dibuktikan, Bram meminta management membayar bonus pada staf bawah. Tak pelak sikap frontal tersebut menuai hasil, namanya dicoret dari daftar karyawan oleh bagian HRD.
Sikap empati pada pihak tertindas ini terus meletup, hingga ada pihak yang memanas-manasi untuk melakukan tindakan lebih besar. Singkat cerita Bram terlibat pada peristiwa bom di tanah air, lelaki berkulit legam dengan langkah tegap ini siap mati.
Akhirnya tertangkap dan dijebloskan ke penjara, di tempat inilah masa pencarian kesejatian dimulai. Bram mendapatkan pencerahan tentang arti perjalanan hidup, hingga memantapkan hati bahwa jalan yang ditempuh selama ini adalah salah.
Masa di penjara adalah tahap belajar, rutin mengikuti pelajaran dan ketrampilan memasak. Hingga ketrampilan ini dijadikan bekal kembali ke tengah masyarakat. Kini Bram ingin kembali hidup normal, bekerja seperti layaknya orang kebanyakan dan hidup tentram bersama istri dan anaknya.
Anak-anak belia usia SMA terpana dengan sebayanya, menyandang laras panjang dengan ikat kepala bertulis huruf arab. Mereka dikader menjadi "pembela agama", dicuci otak agar tidak takut dengan apapun demi jihad. Namun kekuatan doa dari orang tua menjadi pegangan, sehingga anak-anak bisa kembali dalam pelukan keluarga.
Oh anak-anaku, orang tua manapun tak bakal rela melepas kalian di jalan salah. Maka tugas orang tua juga merangkul anak-anak, agar jiwanya merasa selalu didekap ayah dan ibunya.
KomiK Ngoplah perdana ini menancapkan kesan mendalam, semoga bisa berlanjut untuk KomiK Ngoplah selanjutnya dan selanjutnya. --salam-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H