Perempuan paruh baya
Dengan tanda lahir antara dua alisnya
Menggelar dagangan di sudut pasar kampung
Selalu bergerak berusaha menghalau pedih luka
Membahu keringat dengan sang suami
Menyangga beban nyata kehidupan
Senyum enam buah hati diterbitkan
Tautan pengharapan di hari tua
Segenap matahari dilakoni
Pada langkah meniti aneka kisah
Tangis berbaur derita ditempuh
Demi sampai hari esok dan esoknya lagi
Â
Ibuku, ibu sederhana nan hebat
Merangkum suka duka tiada beda
Pahit manis hanya soal rasa
Toh musti dilalui lintasan keduanya
Hingga selaksa musim berlalu
Tubuh merenta tengah disandang
Merenda waktu ke waktu
Memupus lelah banyak istirah
Pada kaki, ibu menjejaki sekian keadaan
Mengejawantah cerita lara dan tawa
Melalui cara pandang pikirannya
Pikiran polos tak berteori tak neko-neko
Itulah ibuku perempuan sederhana
Dengan tanda lahir antara dua alisnya
Entah mantra apa disemburkan
Dada ini sesak setiap kali membayang wajah itu
Sembah bakti kuhaturkan
Tak sanggup membanding pengorbanan
Hingga batas waktupun hutang kasih itu tak akan terbayarkan
Namamu ibu, kubisik di setiap munajat
Â
-Sudut hati-love ibu-