
Seorang suami, dengan kesadaran penuh rela bangun pada dini hari. Bersiap mandi padahal udara diluar masih dingin, berangkat saat matahari belum tampak siap dengan segala tantangan yang dihadapai. Hasil dari kerja keras diupayakan, dengan senang hati dipersembahkan untuk istri dan anak-anak di rumah.
Siapa orang yang mau, mengabdikan diri pada pihak lain dengan sepenuh kesadaran. Kecuali seorang istri, yang mengharapkan ridho dan keikhlasan suaminya. Bangkit dari tempat tidur sebelum suami bangun, sibuk di dapur memasak dan mempersiapkan makan pagi. Bersedia (misalnya) mengutamakan karir dirumah, ketimbang mengejar impian diri sendiri. Hal ini dilakukan dengan penuh suka cita, agar biduk rumah tangga bisa berlayar dengan baik.
Suami bersedia mengalahkan kemauan diri, untuk menuruti apa kehendak istri. Pun istri rela mengesampingkan kepentingan pribadi, untuk berselaras dengan pemikiran suami. Suami dan istri berdiskusi dan menjalin komunikasi, sebelum memutuskan sesuatu untuk kebaikan bersama.

Menikah dan mendewasalah, agar jiwa kerdil bertumbuh menjadi pembelajar penuh toleransi. Menikah dan berproseslah dengan tekun dan sabar, agar melembutlah hati yang keras dan angkuh. Kalau menikah belum merubah sifat kekanakan, mungkin perlu sejenak waktu introspkesi dan merenung. Menikahlah, dan tanggalkan segenap egoisme. -salam-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI