Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Smestinya Mendewasa Pasca Menikah

19 Desember 2016   06:22 Diperbarui: 19 Desember 2016   09:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi Sakral Pernikahan- dokpri

Prosesi Sakral Pernikahan- dokpri
Prosesi Sakral Pernikahan- dokpri
Siapa orangnya yang mau, memberikan hasil keringatnya pada orang lain bahkan menjadi kewajiban pula. Kecuali seorang suami, yang dengan rela dan direlakan menafkahi istrinya.

Seorang suami, dengan kesadaran penuh rela bangun pada dini hari. Bersiap mandi padahal udara diluar masih dingin, berangkat saat matahari belum tampak siap dengan segala tantangan yang dihadapai. Hasil dari kerja keras diupayakan, dengan senang hati dipersembahkan untuk istri dan anak-anak di rumah.

Siapa orang yang mau, mengabdikan diri pada pihak lain dengan sepenuh kesadaran. Kecuali seorang istri, yang mengharapkan ridho dan keikhlasan suaminya. Bangkit dari tempat tidur sebelum suami bangun, sibuk di dapur memasak dan mempersiapkan makan pagi. Bersedia (misalnya) mengutamakan karir dirumah, ketimbang mengejar impian diri sendiri. Hal ini dilakukan dengan penuh suka cita, agar biduk rumah tangga bisa berlayar dengan baik.

Suami bersedia mengalahkan kemauan diri, untuk menuruti apa kehendak istri. Pun istri rela mengesampingkan kepentingan pribadi, untuk berselaras dengan pemikiran suami. Suami dan istri berdiskusi dan menjalin komunikasi, sebelum memutuskan sesuatu untuk kebaikan bersama.

Temu Penganten -dokpri
Temu Penganten -dokpri
Hanya dengan pernikahan bisa terjadi, terdapat dua pihak yang saling mengalah dan menyediakan diri untuk pihak lain (suami/istri). Hanya dengan pernikahan, pintu pembelajaran saling menghargai dan saling terikat bisa terjadi. "Ikatan Pernikahan" menjadi kata sakti, sehingga tak bisa dengan seenaknya diperlakukan. Sangsi bagi pelanggar, akan nyata di alam fana dan hari perhitungan kelak.

Menikah dan mendewasalah, agar jiwa kerdil bertumbuh menjadi pembelajar penuh toleransi. Menikah dan berproseslah dengan tekun dan sabar, agar melembutlah hati yang keras dan angkuh. Kalau menikah belum merubah sifat kekanakan, mungkin perlu sejenak waktu introspkesi dan merenung. Menikahlah, dan tanggalkan segenap egoisme. -salam-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun