Indonesia sebagai negara literasi nomor 60 dari 61, urutan terakhir adalah negara yang tidak terkenal Botsuana. Perpustakaan di Indonesia, adalah tempat tersunyi nomor dua setelah kuburan. Kalau orang sudah tidak senang membaca, akan malas melakukan riset.
3. Realiable;
Yakinkan diri apa yang ditulis benar, zero kesalahan dari semua sisi. Bahkan sampai menulis nama orang, usahakan jangan sampai salah ejaan atau huruf per huruf. Misalnya Rahmat atau Rachmat (pakai CH dan H), memang sama kalau dibaca tapi ada beda pada huruf. Apalagi menulis sebuah informasi, kalau salah yang ditulis tentu fatal akibatnya.
4. Reflecting ;
Sebuah tulisan, adalah cerminan dari penulisnya. Maka seorang penulis, musti memiliki kekayaan dalam sudut pandang. Jangan marah pada orang lain, yang berbeda dalam sudut pandang.
Mencermati poin ini, saya miris mendapati kenyataan yang terjadi saat ini. seseorang dengan cepat menghujat, karena berseberangan pendapat dengan dirinya.
5. (W)Rite ;
Menulislah untuk kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang membebaskan dari beban (tanggung jawab). Sebuah kebenaran yang tidak dituliskan, tentu tidak akan berpengaruh baik pada banyak orang.
"Dengan mengenal 5 R, maka menulis adalah kebutuhan. Penulis adalah keberantaran budaya, dia menulis untuk dirinya untuk bangsa untuk budayanya. Kalau mau mengenal dunia membacalah, kalau mau dikenal dunia menulislah. Kalau tidak menulis, maka hilang pikiran ditelan sejarah," ujar kang Maman Suherman.
"Kata kunci menulis kejujuran, jangan mencampuradukkan antara kata dan nyata," tutup kang Maman.