Arena Pekan Raya Indonesia di ICE BSD begitu semarak, lebih-lebih di Booth of Digital Kompas Gramedia. Musababnya adalah kedatangan Kompasianers, menuju sekitar panggung di tempat kegiatan Kompasiana Nangkring.
Tema yang diusung sangat keren, "Saatnya Warga Menulis" menghadirkan tiga pembicara keren juga. Bagi kompasianer pasti sudah tidak asing dan mengenal dengan baik, tiga narasumber termasuk sang moderator.
Kang Maman Suherman, pria berkepala plontos wajahnya kerap muncul di layar kaca. Kalau Anda tidak kenal, saya curiga Anda tidak pernah sama sekali nonton televisi--hehe. Kemudian ada Mas Iskandar Zulkarnaen akrab disapa Isjet, beliau selaku Asistant Manager Kompasiana. Kalau nama Isjet tidak tahu, Anda Kompasianer yang kebangetan pokoknya--tutupmuka. Berikutnya Mbak Yayat  sering dijuluki Nyonyah Vale, beliau Kompasianer of the year 2016. Kalau masih bilang tidak tahu lagi, berarti perlu dikasih hadiah gelas cantik--hehe. Nah moderator keren bin ketjeh, adalah Mas Rizky Saragih yang disapa mas Isjet dengan abang ganteng.
Saatnya Warga Menulis
Kompasiana sebagai sebuah platfom blog, menjadi tempat warga menyalurkan suara melalui tulisan. Sudah banyak bukti nyata kita baca dan lihat, uneg-uneg Kompasianer langsung mendapat respon dari pihak yang dikritisi.
Seperti keluhan Kompasianer dari Batam, berkisah tentang raibnya uang di mesin ATM. Tak sampai seminggu tulisan publih di Kompasiana, bank yang dimaksud langsung menyelesaikan persoalan dengan cepat. Ada lagi Kompasianers asal Tangsel, protes dengan kamar hotel di Bogor yang penuh serangga. Sontak saja management hotel menanggapi, jalan tengah terbaik disepakati--keren kan.
Kita memang sudah tidak bisa, hanya mengandalkan jurnalis untuk menuliskan kejadian di sekitar kita. Jumlah jurnalis tak sebanding dengan jumlah warga, mereka pasti mengejar berita yang mengandung unsur hard news.
Artinya, warga sendiri yang musti aktif mengabarkan pada khalayak luas. Apalagi sekarang era media sosial, siapapun bisa memanfaatkan dengan cepat. Era medsos bagaikan masa tak pernah terpikirkan, bahwa urusan publish tidak hanya dilakukan perusahaan percetakan. Kata publish, kini ada diujung jari siapapun--simple kan.
"Mungkin masih ada yang bingung, bagimana cara menulis yang bisa mengalir dan enak dibaca," tanya moderator pada narsum pertama
"Menulis itu ya menulis saja, jangan terlalu banyak dipikirkan. Jangan punya keinginan pengen disebut blogger ini itu, menulislah apa yang diingini dan seiring berjalannya waktu akan ketemu positioning," ujar Mbak Yayat.
Saya mengenal pembicara pertama sebagai penggila MotoGP, mungkin saja jadwal balapan di sirkuit manapun dihapal luar kepala. Pernah beliau saya ajak ke suatu acara, terpaksa tidak bisa karena ada siaran balapan di televisi. Saya sangat memaklumi, memang namanya selalu identik dengan MotoGP.