Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Itmamul Khuluq: Petani atau Peternak Itu Pewaris Budaya

23 Oktober 2016   05:00 Diperbarui: 24 Oktober 2016   04:04 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Itmamul Khuluq bersama Rumah Telur -dok.Kompasiana

Berkat kepintarannya pula, selapas SMA lolos ke Fakultas Peternakan UGM melalui jalur PBU (Penelusuran Bibit Unggul). Saat kuliah, nyambi menjadi takmir (marbot) masjid. Hal ini dilakukan, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

"Apalagi kalau ada acara, suka dapat banyak makanan dan snack, hehehe" ucap Pak Khuluq sambil mengenang kisah hidupnya.

Kemudian mendekati semester akhir, bertemu adik kelas di fakultas yang sama. Memutuskan menikah saat semester VII, saat ini dikaruniai dua buah hati.

Saat kuliah dilalui dengan ketekunan dan keuletan, Khuluq muda diberi kepercayaan Dekan mengerjakan proyek penelitian skripsi. Tak berhenti disitu, mengikuti KMI (Kreativitas Mahasiswa Indonesia) program dari Dikti. Pun pada saat moment hari raya qurban, dimanfaatkan berjualan binatang kurban.

"Pola pikir saya saat itu, pokoknya bagaimana bisa makan"ujarnya sembari tertawa.

Peternakan Telur Puyuh

Setelah lulus kuliah, sempat bekerja sebentar di perusahaan pakan ternak. Saat ngobrol bersama istri, terkabar cerita memilukan. Peternak burung puyuh di Boyolali, kesulitan menjual hasil ternak kalaupun dijual harganya jatuh.

Permasalahan semakin berat, harga pakan yang terus melambung tidak sebanding dengan kenaikan harga jual telur yang hanya berharga sekitar 70-100 rupiah per butir. Harga sarana produksi ternak susah didapat, kalaupun ada harganya sangat mahal karena pembelian dalam skala yang kecil.

Pak Itmamul Khuluq bersama Rumah Telur -dok.Kompasiana
Pak Itmamul Khuluq bersama Rumah Telur -dok.Kompasiana
"Ini tidak bisa dibiarkan, Petani/peternak itu bukan buruh. Mereka pahlawan pangan dan pewaris budaya yang paling kuat. kalau diposisikan lemah kan tidak tepat. Peternak  tidak boleh dibiarkan buta informasi, buta harga, buta teknologi. tahunya hanya di desa tidak bisa menjual produk, kalau ada yang membeli dihargai murah, itupun menerapkan sistem pembayaran tempo dan tidak pasti" Jelasnya Panjang lebar.

Pada Kalimat ini, saya mendengar nada getir sekaligus getaran semangat. Saya pribadi berpikir, ketika peternak menderita rugi bukankah tengkulak akan merasakan dampaknya dalam jangka panjang.  Lama-lama tengkulak tidak bisa membeli telur puyuh, karena peternak puyuh tidak bisa berproduksi.

"Awalnya saya tidak ada niat berjualan telur puyuh, murni karena ingin membantu peternak" ujar pak Khuluq meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun