Perhelatan Danamon Awards tahun ini, kembali akan digelar pada bulan November 2016. Diantara lima sosok nomine, terdapat nama Itmamul Khuluq. Pria berusia 30 tahun asal Lamongan Jawa Timur, adalah ayah dari dua anak dan kini menetap di Boyolali.
Saya sungguh surprise, bisa berbincang melalui telepon dengan Pak Itmamul Khuluq. Lelaki rendah hati dengan logat khas Jawa, yang sukses mengelola usaha peternakan telur puyuh. Obrolan berlangsung hangat dan penuh keakraban, campur-campur bahasa Jawa tentunya --- maklum sama-sama Jowo Timur, hehehe. Beberapa kali pria yang akrab disapa Pak Khuluq, melontakan joke segar yang menerbitkan tawa.
"Saya ini, keluarga Timur Tengah Pak" Ujar Pak Khuluq.
"Oo, gitu" jawab saya memendam penasaran.
"Maksudnya Saya dari Jawa Timur, Istri dari Jawa Tengah" sambungnya bercanda. Sejurus kemudian kami tertawa bersama, meski sedang berada di kota yang berbeda.
-0o0-
Khuluq kecil, berasal dari keluarga sederhana di Lamongan. Semenjak SMP sudah berlatih usaha, membantu ibunya berjualan tape keliling. Semua keadaan dipandang dari kacamata positif, sehingga sepanjang obrolan kami tak terdengar kalimat berkeluh kesah.
"Alhamdulillah, keadaan ekonomi orang tua justru memacu saya belajar dan bekerja giat. Selepas SMP saya pindah ke Jogjakarta masuk Pesantren dan SMA, itupun juga sambil berwirausaha" jelasnya
Khuluq muda mencari peluang, menjadi penjual kertas bekas ke pengepul. Kertas didapat dengan cara unik, jadi tidak harus selalu mencari kemana-mana (baca: jalanan). Â Kepintarannya di beberapa bidang pelajaran, tak segan ditularkan pada teman sekelas yang minta diajari. Kebanyakan teman sekelas berasal dari keluarga berkecukupan, tak keberatan ketika buku-buku dan kertas yang tak terpakai diminta khuluq.
"Kadang satu teman, bisa memberi kertas sampai setengah kilo. Setelah dikumpulkan dan dijual, bisa mengantongi untung hingga tujuh ratus rupiah. Kala itu masa SMA, sepiring nasi di angkringan pinggir jalan Jogjakarta  seharga lima ratus rupiah" kenangnya.
Hasilnya penjualan kertas sangat membantu, Khuluq muda bisa memenuhi jatah makan siang. Sementara jatah makan pagi dan malam, sudah disediakan di Pondok Pesantren.Â
Berkat kepintarannya pula, selapas SMA lolos ke Fakultas Peternakan UGM melalui jalur PBU (Penelusuran Bibit Unggul). Saat kuliah, nyambi menjadi takmir (marbot) masjid. Hal ini dilakukan, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
"Apalagi kalau ada acara, suka dapat banyak makanan dan snack, hehehe" ucap Pak Khuluq sambil mengenang kisah hidupnya.
Kemudian mendekati semester akhir, bertemu adik kelas di fakultas yang sama. Memutuskan menikah saat semester VII, saat ini dikaruniai dua buah hati.
Saat kuliah dilalui dengan ketekunan dan keuletan, Khuluq muda diberi kepercayaan Dekan mengerjakan proyek penelitian skripsi. Tak berhenti disitu, mengikuti KMI (Kreativitas Mahasiswa Indonesia) program dari Dikti. Pun pada saat moment hari raya qurban, dimanfaatkan berjualan binatang kurban.
"Pola pikir saya saat itu, pokoknya bagaimana bisa makan"ujarnya sembari tertawa.
Peternakan Telur Puyuh
Setelah lulus kuliah, sempat bekerja sebentar di perusahaan pakan ternak. Saat ngobrol bersama istri, terkabar cerita memilukan. Peternak burung puyuh di Boyolali, kesulitan menjual hasil ternak kalaupun dijual harganya jatuh.
Permasalahan semakin berat, harga pakan yang terus melambung tidak sebanding dengan kenaikan harga jual telur yang hanya berharga sekitar 70-100 rupiah per butir. Harga sarana produksi ternak susah didapat, kalaupun ada harganya sangat mahal karena pembelian dalam skala yang kecil.
![Pak Itmamul Khuluq bersama Rumah Telur -dok.Kompasiana](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/23/img-20161020-wa0030-580bdf5b6d7a61b24d6c825d.jpg?t=o&v=770)
Pada Kalimat ini, saya mendengar nada getir sekaligus getaran semangat. Saya pribadi berpikir, ketika peternak menderita rugi bukankah tengkulak akan merasakan dampaknya dalam jangka panjang. Â Lama-lama tengkulak tidak bisa membeli telur puyuh, karena peternak puyuh tidak bisa berproduksi.
"Awalnya saya tidak ada niat berjualan telur puyuh, murni karena ingin membantu peternak" ujar pak Khuluq meyakinkan.
Berawal dari pertemuan dengan Widodo, seorang peternak burung puyuh yang memproduksi telur puyuh dan sedang kesulitan dalam memasarkan produk telur puyuh. Sebagai seorang sarjana peternakan, Khuluq melihat kebanyakan peternak puyuh di Karanggede memiliki pengetahuan teknis pemberdayaan burung puyuh yang masih sangat rendah dan tertinggal. Pengelolaan peternakan burung puyuh, masih terbilang tradisional sehingga efektivitas kegiatan produksinya rendah dan hasil yang didapatkan kurang maksimal.
Akhirnya pada satu keadaan terbetik ide, tahun 2012 mendirikan Holstein Indonesia untuk menyalurkan kegelisahan. Nama Holstein sengaja dipilih, berasal dari nama sapi bibit unggul penghasil susu terbesar di dunia.
![Itmamul Khuluq, Nominator Danamon Awards 2016 - dok.Kompasiana](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/23/img-20161020-wa0032-580be4082123bde34b4e7598.jpg?t=o&v=770)
![Holstein PS akan mengirim telur puyuh -dok Itmamul Khuluq](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/23/img-20161021-wa0002-580be034d79373df50dbdf6b.jpg?t=o&v=770)
Langkah pertama diterapkan, merombak kemasan telur puyuh. Biasanya kemasan satu dus besar, berisi 750 butir telur puyuh. Â Kini mulai diubah, satu dus besar tetap berisi 750 butir tapi dibagi lagi dalam bungkusan lebih kecil. Sehingga bisa menjual eceran ke end user, dengan kemasan lebih kecil.
Teori marketing getok tular (mouth to mouth) benar berlaku, nama Itmamul Khuluq dikenal oleh peternak telur puyuh setempat.
"sampai ada image, kalau jual ke Mas Khuluq harga beli lebih mahal dan pasti laku" ujar Pak Khuluq menirukan ucapan peternak.
Setelah penjualan telur puyuh berjalan, ada permintaan dari peternak untuk disediakan  pakan. Itmamul Khuluq kebetulan memiliki teman yang bekerja di pabrik pakan, mencoba contact dan mencari tahu mekanisme pembelian pakan di pabrik. Â
Logika sangat masuk akal, kalau membeli pakan dari pabrik dalam jumlah besar harga yang didapat pasti lebih murah. Setelah dirasa cukup waktu dan pertimbangan, Khuluq memberanikan diri membeli pakan satu truk padahal sebelumnya hanya sak-sakan.  Ujian kembali dialami, pakan  satu truk tidak habis dalam jangka waktu dua bulan.
"Istri masih sempat ada guyon, kalau enggak habis nanti pakan ternak kita makan sendiri saja" tawa kami kembali pecah.
Berkat kegiggihan dan mengambil keuntungan minim, akhirnya pakan habis terjual. Nama baik Khuluq kembali terangkat, penjualan pakan mulai meluas. Untuk pembelian telur puyuh, pada awalnya hanya mengandalkan 1 (satu) peternak berdaya serap 10 dus (7.500 butir) per minggu. Pada tahun 2016 ini mampu menyerap 100 dus (75.000 butir) per hari, dengan jumlah peternak sebanyak 90 orang tersebar di 4 kabupaten yaitu Boyolali, Semarang, Sragen dan Magelang.
Selain mampu memasarkan hasil produksi peternak disekitarnya, Holstein juga mampu menyerap produk telur puyuh dari wilayah Tulungagung dan Blitar (Jawa Timur).
Mampu memasarkan telur puyuh keluar daerah Boyolali seperti Sukabumi, Jakarta, Pekalongan, Kendal, Kebumen, Yogyakarta, Semarang, Sragen dan Magelang. Bahkan saat ini Holstein Indonesia mampu memasarkan produk telur puyuh, keluar pulau yaitu Pontianak sejak tahun 2015 menyusul Lampung pada tahun 2016.
Harga telur puyuh yang awalnya hanya Rp. 80.000 per dus, sekarang mampu dipasarkan dengan harga Rp. 190.000,- per dus, meningkat lebih dari 100%.
"Kami menempatkan diri pada posisi sama, peternak tidak hanya sekedar mitra tetapi sama-sama raja meski otoritasnya berbeda. Hubungan Holstein dan peternak, ibarat partner raja. Beda dengan tengkulak, yang memposisikan petani/peternak tidak berdaya sehingga tidak berdaya beneran" Ucap Khuluq.
System jual dipakai adalah penjualan secara tunai (COD), sehingga peternak memiliki kepastian mendapatkan uang. Menerapkan sistem administrasi yang tersusun rapi, serta skema keuangan dengan pembukuan terbuka sehingga setiap peternak tahu berapa besar keuntungan yang diperoleh.
Holstein corp (devisi kemitraan) melakukan pendampingan, berupa kunjungan dan alih informasi pengetahuan secara rutin langsung kepada para peternak yaitu di hari Selasa, Kamis dan Sabtu pada saat pengambilan telur puyuh.
Holstein menyediakan /menjual Vitamin dan obat-obatan untuk puyuh, tentu dengan harga terjangkau dan stabil karena bekerjasama dengan Pabrik pakan ternak. Sistem pembayaran lunak, dengan membuat kelompok ternak dan kontrak kerjasama pembelian pakan dari Holsteincorp (devisi took ternak).
Dari usahanya yang mulai berkembang, Holstein bisa memperkerjakan masyarakat di daerah sekitar. Total ada 13 karyawan tetap, 4 karyawan tidak tetap dan sisanya tenaga borongan. Mitra aktif peternak puyuh sebanyak 90 orang, dengan minimal kepemilikan burung puyuh sebanyak 1.000 ekor, serta reseller di pasar sebanyak 11 orang.
![Itmamul Khuluq - dok. Itmamul Khuluq](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/23/img-20161020-wa0031-580be09a0323bd624a426fa9.jpg?t=o&v=770)
![Itmamul Khuluq bersama Peternak -dok Itmamul Khuluq](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/23/img-20161021-wa0003-580be0c1c6afbd3f46f72605.jpg?t=o&v=770)
1. Meningkatnya pendapatan peternak, rata-rata Rp. 1.200.000 per minggu. Sehingga taraf hidup masyarakat, otomatis ikut naik.
2. Terbukanya informasi IPTEK, sehingga pengelolaan ternak burung puyuh menjadi efisien. Peternak bisa melakukan kegiatan sehari-hari, tanpa meninggalkan peternakan puyuh.
Komitmen Holstein corp.
Sedang berdiskusi dan perbanyak referensi, untuk membangun Rumah pupuk organik (menangani limbah-kotoran puyuh). Saat ini sedang dikembangkan, usaha peternakan ikan lele dibawah kandang untuk memanfaatkan limbah burung puyuh.
Selanjutnya juga sedang direncanakan untuk membuat Rumah Potong Unggas (menangani puyuh afkir) serta pengolahan produk inovasi Telur Puyuh untuk segmentasi luar Negeri (ekspor telur puyuh olahan).
Pengembangan sektor Usaha lain :
1. Membangun koperasi (sudah berjalan dan sedang diurus badan hukumnya)
Pendirian koperasi berangkat, dari kondisi peternak yang High Risk. Misalnya terjadi pada tahun 2012, muncul isu flu burung dan penyakit unggas lainnya. Saat itu peternak benar-benar stress, hasil telur puyuh jatuh harga akibat menurunnya permintaan.
"Peternak yang sudah menghadapi resiko, masih dibebani oleh lembaga keuangan. Koperasi ini ingin menerapkan azas keadilan, antara pengelola keuangan dan peternak" Jelas Pak Khulug.
Koperasi juga difungsikan, untuk saling membantu sesama anggota. Caranya dengan menyisihkan Rp 1.000,- untuk ditabung, saat transaksi pakan atau telur puyuh. Sedikit demi sedikit, kalau terkumpul akhirnya menjadi banyak juga. Hal ini terbukti, saat ada anggota keluarga yang sakit peternak lain support melalui tabungan di Koperasi Holstein.
2. Membuat farm laboratorium , untuk melakukan inovasi dan pengembangan budidaya. Saat ini sedang berjalan trial and eror, pembuatan srundeng/abon dari telor puyuh.
"Kami tak putus asa, semakin sering gagal biasanya hasil akhir semakin bagus" Jelasnya bersemangat.
Sepanjang perbincangan by phone, saya menyerap banyak ilmu dan semangat pantang menyerah. Termasuk sudut pandang berbeda, untuk suatu permasalahan yang sama.
"Kalau niat awal berusaha adalah mencari uang, biasanya justru uang akan menjauh. Ketika kita mau berpikir berbeda, hasilnya juga berbeda. Semakin kita berpikir untuk membantu orang, justru akan banyak terbuka jalan. Kalau berpikir egois menangnya sendiri, kelihatannya dapat tetapi aslinya gak dapat" Pungkas Pak Khuluq.
"Saya mulai curiga dengan Pak Khuluq" ujar saya hampir diujung perbincangan.
"Kenapa Pak Agung?" terdengar suara penasaran dari ujung telepon.
"Pasti waktu kuliah dulu ambil dua fakultas, selain fakultas Peternakan juga Filsafat" jawab saya disambut tawa Pak Khuluq.
Perbincangan malam via phone berakhir, sementara di luar rumah hujan sedang berlangsung. Konon doa yang manjur, salah satunya saat turun hujan. Saya hunjamkan doa, Semoga Pak Khuluq sehat selalu dalam keberkahan, panjang usia dan terus menebar manfaat. -amin-
Dukung Itmamul Khuluq, sebagai peraih favorit Danamon Social Entrepreneur Awards 2016. Klik: Danamon Awards
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI