Saya berandai-andai, kalau setiap ayah atau ibu menyediakan diri memanfaatkan waktu pagi. Ayah atau ibu mengantar anak sekolah, sembari berangkat ke tempat tugas masing-masing.
Betapa Mengantar Anak Sekolah, menjadi ajang berdialog dan cerita dari hati ke hati. Terlebih bagi anak-anak di bangku SD, sangat perlu pendampingan terutama mental maupun psikologis.
"Al Ummu Madrosatul Ulla" atau Ibu adalah sekolah pertama !
Ibu bersama ayah tentunya, adalah guru sejati  sekaligus peletak pondasi mental bagi anak-anaknya. Tugas pengajaran tak bisa serta merta, hanya diserahkan pada guru disekolah saja.
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dibanding melewatkan jam pelajaran di sekolah. Â Sudah selayaknya rumah menjadi "laboratorium", sekolah diposisikan sebagai komponen pendukung. Guru disekolah difungsikan sebagai penyambung pendidikan di rumah, biarlah orang tua yang memegang predikat guru sejati bagi anaknya sendiri. Guru di sekolah sangat bisa menjadi partner, untuk mengawal perkembangan buah hati.
Anak Ibarat anak panah yang melesat secepat kilat, pasti karena dukungan busur (orang tua) yang perkasa.
(melanjutkan puisi Khalil Gibran)
Engkaulah busur, Â Anakmu ibarat anak panah
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian
Dia merentangkanmu dengan kuasaNYA
Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat