Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Vario 150 Sempurna, Sebuah Inovasi dan Spirit yang Berkesinambungan

3 Mei 2016   17:17 Diperbarui: 6 Mei 2016   04:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerangka Mesin Honda ada di loby, gambar diambil saat acara "Kompasiana Visit Honda Motor Factory Cikarang 2014" - dokumentasi pribadi

Masih membekas di benak kegiatan sekitar dua tahun lalu, bergabung di acara Kompasiana "Visit Honda Motor Factory Cikarang". Kami Kompasianer's diajak berkeliling pabrik Honda, menyaksikan langsung proses perakitan motor Honda.

Menyusuri jalan layaknya jembatan penyebrangan, yang melingkar pada bagian pinggir atas pabrik. Mata ini bisa melihat bahkan sampai ujung ruangan, dibimbing satu pemandu di depan barisan. Bagian per-bagian perakitan bisa disaksikan, mulai dari asembling engine sampai final inspektion. Semua proses sangat teliti dan diperhitungkan waktunya, dari memasang mur baut, sparepart mesin, pasang ban, striping di ujung proses menjadi motor siap pakai.

Proses pengerjaan setiap komponen dengan alat yang bisa berjalan otomatis, dengan urutan yang berkesinambungan. Setiap proses waktunya terukur, dengan garis penanda untuk memisahkan setiap bagian. Artinya untuk satu pekerjaan, harus selesai sebelum garis batas. Yang melewati garis sementara belum selesai, berarti tak tepat waktu dalam jobdesknya.

Menurut saya, hal ini sangat berpengaruh pada sisi psikologis. Setiap SDM terpacu untuk focus dalam bekerja, memanfaatkan detik demi detik agar selesai tepat waktu.

Pada akhir perjalanan perakitan, saya melihat motor siap pakai berjajar rapi. Segera dimasukkan ke truk tronton, didistribusikan ke dealler menjemput konsumen yang sudah menunggu.

Lagi -lagi Kompasianer's dibuat takjub, sekaligus mendadak tercengang.

"Berapa waktu yang dibutuhkan merakit 1 motor honda ?" tanya bapak pemandu (kala itu) setelah sampai di ruang pertemuan.

2-avario-5728732a5a7b61db109fc4a3.jpg
2-avario-5728732a5a7b61db109fc4a3.jpg
Product Honda dari Masa ke Masa, di Loby Honda Motor Factory Cikarang 2014- dokumentasi pribadi

Suara bersahutan, ada yang menjawab satu jam, tigapuluh menit atau duapuluh lima menit. Semua jawaban cenderung menurunkan menit, ketika sang pemandu menjawab "Kurang- Kurang". Akhirnya kami menyerah, mengingat beberapa jawaban yang sudah dilontarkan salah.

"22 DETIK" jawab bapak pemandu dengan tegas kala itu

(sengaja dicaplock dan dibold -hehee-, mungkin saja sekarang lebih cepat lagi waktunya)

"Amazing, Amazing, Amazing !!" Pekik saya dalam hati

Bayangkan kawan's, dalam waktu sesingkat itu bisa merakit produk (baca ; motor) senilai belasan juta. Saya meresapi satu hal, selain keyakinan adalah "DISIPLIN" (caplock lagi hehe) menjadi kunci yang membuat semua menjadi serba mungkin.

Budaya disiplin terasa sangat mengemuka, berlangsung di Honda motor factory Cikarang. Mulai dari hal yang kelihatannya kecil dan sepele, seperti jam istirahat, makan siang, jam sholat. Semua dilakukan sangat tepat waktu, sampai hal yang krusial yaitu dalam pekerjaan.

Semua karyawan begitu sigap bekerja, hingga budaya disiplin seolah menjadi denyut nafas dalam keseharian. Satu bagian saja tidak tepat waktu, tentu akan mempengaruhi bagian lainnya.

Satu motor mampu dirakit 22 detik, sangat mungkin jika dibarengi displin yang dijalankan dengan konsisten dan komitmen yang tinggi. (dan itu sudah terbukti !)

2-avario-5729c3d77797730b05d276f1.jpg
2-avario-5729c3d77797730b05d276f1.jpg
Product Honda dari Masa ke Masa, di Loby Honda Motor Factory Cikarang 2014- dokumentasi pribadi

Desa Komyo Jepang, 17 November 1906

Tahun awal abad XX lahir seorang bayi laki-laki diberi nama Soichiro Honda, anak dari Gihei Honda yang berprofesi sebagai seorang pandai besi. Karena kondisi yang tengah berlangsung kala itu, membuat Socihiro Honda tak bisa mengeyam pendidikan formal memadai. Bahkan di sekolah tempat menuntut ilmu, tidak begitu cermerlang namanya. Namun tak ada kata putus asa, Soichiro Honda selalu bersemangat dan menanamkan cita-cita tinggi. (sumber lain menyebutkan, Soichiro Honda sejak kecil membantu ayahnya bisnis reparasi sepeda)

3-httpworld-honda-com-572873af197b611307c0e9e8.jpg
3-httpworld-honda-com-572873af197b611307c0e9e8.jpg
Soichiro Honda in action- gambar dipinjam dari www.world.honda.com

Pada usia 16 tahun (sumber lain menyebutkan 15 tahun) pemuda sederhana ini bekerja di bengkel Art Sokai, sebagai cleaning service dan pengasuh bayi dari pemilik bengkel. Semua dijalani Soichiro Honda dengan tekun tanpa mengeluh, selalu ringan tangan membantu perkerjaan meski bukan bagiannya. Hingga sang majikan melihat dan menemukan bakat, Soichiro Honda dirasa mumpuni di bidang mechanic. Setelah enam tahun bekerja dan belajar di bengkel, Soichiro Honda dipercaya membuka cabang baru.

Adalah bengkel Art Sochai di Hamamatsu, sebagai awal dari langkah yang kelak melegendakan namanya. Dari Soichiro Honda lahirlah ide, velg dengan jari-jari logam menggantikan jari kayu saat itu. Usai perang dunia, kembali muncul ide memasang mesin pada sepeda.

4-httpwww-britannica-combiographyhonda-soichiro-5728743b4d7a61ae0723f972.jpg
4-httpwww-britannica-combiographyhonda-soichiro-5728743b4d7a61ae0723f972.jpg
Soichiro Honda sedang serius service mesin Honda - gambar dipinjam dari www.britanica.com

Dari pemasangan mesin inilah, menjadi cikal bakal sepeda motor di kemudian hari sangat dibutuhkan manusia. Penemuan Soichiro Honda semakin dikenal masyarakat, namun di sisi lain kesulitan keuangan mulai membelitnya dan terancam bangkrut. Keadaan pailit yang dialami, mempertemukan dengan rekan kerja Takeo Fujisawa.

Bersama teman yang menguasai management keuangan, Soichiro Honda kembali bangkit dan mengepakkan sayap. Hasilnya bisa disaksikan, motor Honda tak asing dengan keseharian masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Pada tahun 1991 Soichiro Honda meninggal dalam usia 84 tahun, namun nama dan hasil karyanya bermanfaat bagi umat manusia.

(disarikan dari Perjalanan Hidup dan Karirnya ; di  SINI)

Satu hal yang saya serap dari spirit pendiri Honda, adalah mengerjakan (apapun jenis pekerjaan) dengan segenap hati. Menyaksikan budaya disiplin di Honda Motor Factory Cikarang, saya seperti melihat semangat Soichiro Honda sedang diaplikasikan. Ketepatan dalam hal waktu, menjadi nafas yang terus berlangsung. Karena di dunia ada yang tidak bisa dibeli dengan apapun, salah satunya adalah waktu yang notabene hanya sekali berlangsung.

Maka tak berlebihan kiranya, disiplin tinggi yang diterapkankan Honda mampu menjalankan dan mewujudkan visi dan misinya.

Nah, Visi Honda adalah ; sebagai pemimpin pasar sepeda motor di Indonesia dengan cara merealisasikan mimpi/ keinginan dan menciptakan hal yang disukai oleh konsumen, serta berkontribusi aktif dengan kegiatan yang disukai masyarakat Indonesia.

Sementara Misinya ; Menciptakan solusi kendaraan bagi masyarakat dengan produk dan layanan yang terbaik.

Aku Keluarga Honda

Tentang motor Honda, saya pribadi punya kisah dan kenangan khusus. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, ayah saya yang seorang guru membeli sepeda motor second bermerk Honda. Kala itu sekitar tahun 1983, motor dengan tangki warna biru muda masuk ke rumah. Rasa penasaran menyeruak, setelah saya tilik bertulis Honda CB 125.

Mendadak Honda keluaran tahun 1975, menjadi benda paling berharga di rumah. Nangkring di sudut ruang tamu, bersebelahan dengan tempat kami menonton televisi. Tapi meski ada motor, nyatanya ayah masih tetap berjalan kaki. Kebiasaan setiap pagi membelah pematang sawah menuju tempat mengajar, tak serta merta hilang. Rupanya motor  yang dibeli dari hasil menabung bertahun-tahun, dengan rela dipakai anak sulung kuliah.

Setelah waktu jauh berlalu dan mulai bekerja, motor yang saya beli pertama kali adalah Grand Astrea tahun 1997. Betapa girangnya hati kala itu, membeli motor dengan hasil keringat sendiri meski dengan cara kredit. Rasanya kaki ini bebas melangkah kemana suka, tanpa perlu menunggu angkutan umum atau berjalan kaki demi mencapai satu tempat.

5-vario-572874ef0f97733a0753952c.jpg
5-vario-572874ef0f97733a0753952c.jpg
Honda Vario 110 menemani beraktivitas, setiap pagi mengantar sulung ke sekolah - dokumentasi pribadi

Setahun setelah memiliki motor, tepatnya tahun 1998 terjadi krisis moneter. Tindak kejahatan mulai marak terjadi, orang kalang kabut memenuhi kebutuhan. Motor pertama meninggalkan kenangan pilu, saat diparkir hilang digondol maling.

Dunia rasanya seperti runtuh poranda, setetes keringat demi keringat seolah terbuang sia-sia. Badan ini lunglai tak bertenaga, kembali menjadi angkoter's dan berjalan kaki. Untung motor yang hilang diasuransikan, sehingga cicilan periode berikutnya sudah ada yang mengcover. Tiga bulan setelah masa menyedihkan, saya terima uang kelebihan pembayaran cicilan motor dari perusahaan asuransi. Demi kelancarkan pekerjaan dan kegiatan lainnya, uang sisa asuransi ditambah tabungan yang ada untuk membeli motor second.

Pilihan jatuh pada Honda Astrea Prima tahun 1989, motor jenis ini bisa disesuaikan isi kantong. Pikir saya biarlah motor berusia sembilan tahun, yang penting bisa menopang badan ini kemana pergi. Saya lebih memilih tak membeli dengan kredit, agar tak memikirkan beban cicilan bulanan. Terlebih trauma kehilangan motor masih dalam, setidaknya perlu waktu untuk memulihkan.

Justru dari pengalaman pahit, menumbuhkan tekad bekerja giat dan tentu lebih rajin menabung. Saya memilih double pekerjaan, pagi sampai sore di kantor dan malam hari bekerja part time. Tiga tahun saya lakukan penuh ketekunan, hingga tabungan cukup untuk membeli motor baru.

Luka karena kehilangan sudah pulih, makin mantap mengambil keputusan. Akhirnya saya membeli Honda Legenda, tabungan yang terkumpul cukup untuk membeli secara cash. Honda Legenda tahun 2002 setia menemani, baik saat bekerja maupun berlibur. Apalagi masih bujang ngekost pula, bisa berangkat pagi pulang malam. Kembali saya banyak berkegiatan, bergabung dalam aneka komunitas dan menjalin banyak pertemanan. Legenda bertahan hingga menikah, baru setelah istri hamil bisa berganti Honda baru.

6-vario-57287544737e616506d5bf36.jpg
6-vario-57287544737e616506d5bf36.jpg
Honda Beat menjadi andalan istri, mengantar bungsu sekolah dan jualan makanan beku - dokumentasi pribadi

Honda Legenda "pensiun", digantikan posisinya oleh Revo awet sampai sekarang. Motor Revo seolah menjadi kaki sekaligus nyawa kedua kami, menjadi andalan kemana-mana. Mengantar istri belanja dagangan kerudung ke Tanah Abang, yang utama adalah kendaraan untuk pergi ke kantor.

Anak pertama lahir, bertiga kami kemana-mana dengan Honda Revo. Badan kecil si sulung, dengan mudah menyelip di tengah antara saya dan istri. Kadang kalau sedang jalan di dekat-dekat saja, si kecil kami dudukan di depan.

Menyusul anak kedua lahir, beriring si sulung bertambah besar ukuran tubuhnya. Satu motor tak lagi cukup untuk berempat, apalagi adiknya juga tak mau dipangku. Kami pikir saatnya membeli motor baru, Lagi lagi kami tetap memilih Honda dan Beat pas dengan tabungan yang ada.

Dua motor Honda (Revo dan Beat) menemani kegiatan keluarga kecil saya, sekaligus mengantar pesanan langganan usaha kecil kami. Satu yang saya rasakan sepanjang memakai Honda (jenis apapun), selalu irit bahan bakar karena pernah membandingkan dengan merk lain. Rasanya tak berlebihan, apabila Honda menjadi andalan keluarga saya mungkin keluarga lain di Indonesia.

Menjajal Honda Vario 150 Sempurna

Kini rasa penasaran saya kembali muncul, ketika hadir Honda Vario 150 eSP. Secara khusus saya mengatur waktu, pergi ke Dealler terdekat mencari informasi terkait Honda jenis ini. Kebetulan di daerah tempat kami tinggal (Tangsel), tak terlalu sulit mendapatkan Dealler Honda.

7-vario-5728758c359773a219a07ff4.jpg
7-vario-5728758c359773a219a07ff4.jpg
Tampilan Honda Vario 150 eSP di salah satu Dealler Honda wilayah Tangsel - dokumentasi pribadi

PT Astra Honda Motor (AHM) tak pernah kehabisan ide, berinovasi demi kepuasan konsumen. Pun pada kelas skuter matik, Honda mempersembahkan Honda Vario 150 eSP. Seperti lazimnya motor produksi Honda, vario 150 eSP memiliki design berkelas. Kapasitas mesin lebih besar, yang pasti fitur yang ditawarkan sangat berbeda dengan skuter matik ada umumnya.

Saat memasuki showroom Dealler Honda, saya melayangkan pandangan ke Honda Vario 150 eSP. Melihat performanya persis dari depan mendadak terkesiap, tampak head lamp seolah membalas tatapan saya. Ya, Pandangannya tajam penuh percaya diri membuat langsung jatuh hati saat bertemu mata.

Bodynya ibarat badan yang kekar dan kokoh, tulisan Vario 150 terbuat dari bahan metal (bukan stiker) sehingga berbentuk huruf timbul tampil sangat elegan.

Telapak tangan ini menelusuri bagian perbagian, seolah tak ingin ada yang terlewat sejengkalpun. Ketika memegang roda, baru sadar kalau ban yang dipasang adalah tubeless. Ibarat pelari tangguh, siap bertarung dan sanggup melintasi medan terjal dan berliku.

Alas pada bagian kaki didesign istimewa, perpaduan bahan karet dan alumunium nyaman di kaki. Karena Vario 150 eSP adalah skuter matik, maka kaki kanan dan kiri dibebastugaskan.

Jok empuk dan lebar dengan bahan lurik halus, cukup lega menopang bagian tubuh saat duduk. Jok dan alas kaki saya telusuri dengan seksama, seolah menjanjikan kenyamanan saat duduk mengendarai.

Pada bagian knalpot dilapisi penahan panas, bagian paling luar dipasang bahan bak cermin berkilau. Kalau membersihkan bagian ini, dijamin bisa berkaca sembari memastikan semua kotoran sudah lenyap.

Ah, ternyata saya terlalu hanyut dalam imajinasi Vario 150 Sempurna . Sementara mbak Sales sudah mendekat, siap menjawab semua keingintahuan saya.

8-avario-57287600159373e908181cb8.jpg
8-avario-57287600159373e908181cb8.jpg
Action dulu ah , muka boleh kucel yang penting bisa narcis bareng Vario 150 eSP - dokumentasi pribadi

Yuk lihat seperti apa Honda Vario 150 eSP?

Sesuai angka yang mengikuti di belakangnya, Honda Vario 150 eSP menjadi skuter matik dengan kapasitas mesin 150 cc sekaligus yang pertama di Indonesia (keren kan). eSP atau Engine Smart Power, berpengaruh pada suara mesin yang lebih halus dan lembut. Keuntungan dari mesin halus, adalah pada hematnya bahan bakar.

Design mewah, tajam, simple dan agresif, dengan 5 variasi warna pilihan yang terkesan menarik dan sporty. (tentu masih berpatokan pada design Vario terdahulu). Lima warna pilihan tersebut adalah ; Exclusive Mate Black, Exclusive Pearl White (dua varian warna exclusive), Titanium Black, Sonic White Blue dan Bionic red (tiga varian lainnya warna sporty)

Memiliki dimensi 1.921 x 683 x 1.091 mm dengan berat kosong 109 kg. (lebih ringan 3 kg daripada Vario 125 PGM-FI). Menampung bahan bakar 5,5 liter, per liter bisa digunakan untuk menempuh jarak lebih dari 50 KM atau sekitar 52 KM

Head Lamp berjenis Dual Keen Eyes Headlight, menggunakan jenis lampu LED menyatu dengan lampu sign. Efek dari jenis lampu ini, sorotan cahaya lampu lebih maksimal yaitu lebih terang dan hemat daya listrik serta awet. Apalagi saat ini di Indonesia ada peraturan wajib, menyalakan lampu motor meski sedang mengendarai siang hari.

Selain Spidometer pada bagian atas depan, dilengkapi beberapa panel, yaitu penunjuk ketersediaan bahan bakar di tangki dan jarak meter yang sudah ditempuh. Jarak meter sangat membantu pengendara, mengetahui kapan saat ganti oli dan membersihkan mesin. Selain itu masih ada lagi penunjuk mesin, dan fitur penanda lampu sein.

9-vario-57287674e1afbd4d07698dee.jpg
9-vario-57287674e1afbd4d07698dee.jpg
Biar puas tanya sejelas-jelasnya dan lihat semua bagian tak mau ketinggalan - dokumentasi pribadi

Untuk kunci dilengkapi alarm layaknya kendaraan roda empat, menerapkan sistem ignition key dengan pengaman kunci bermagnet. Manfaatnya akan dirasakan, kalau sedang di areal parkir yang penuh. Pemilik akan sangat terbantu, mencari dimana posisi motor berada diantara deretan kendaraan roda dua lainnya.

Untuk membuka jok juga tak repot, kunci tak perlu dilepas dari lubangnya. Cukup diputar mengarahkan pada tulisan seat, bagasi di bawah jok dengan mudah bisa dibuka. Sangat terasa kepraktisannya, kalau hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM) di POM atau meletakkan barang di dalam bagasi.

Terdapat tombol "IDLING" dan "IDLING STOP", posisinya berada di stang terletak dekat jempol kanan. Fungsinya bisa untuk menghemat bahan bakar, terutama pada saat mesin sedang tidak bekerja.

Contoh konkritnya seperti ini, saat lampu lalu lintas warna merah tanda berhenti segera pencet IDLING dalam hitungan detik mesin mati. Begitu lampu lalu lintas berubah hijau, segera pencet IDLING STOP dan tarik gas sambil tarik tuas rem maka mesin otomatis hidup.


Created Video by.  Agung Han

O'ya kawan's, luas bagasi didesign khusus cukup untuk meletakkan helm. Kebayang reportnya naik motor membawa helm dua, satu ada di kepala satunya tergantung di stang atau cantolan dekat kaki. Atau kalau sedang parkir, helm aman di dalam bagasi tak perlu dititipkan.

Ban yang digunakan adalah tubeless ukuran 80/90 bagian depan dan ukuran 90/90 bagian belakang, velg yang dipasang berukuran 14 inci. Pemilihan jenis ban jenis ini menobatkan Vario 150 eSP, sebagai Honda matik pertama di Indonesia yang memakai ban tubeless.

Anda akan merasakan betapa was-was, ketika ban motor (non tubeless) tertancap paku atau terindikasi bocor. Acapkali kita lihat dijalanan motor dituntun empunya, akibat ban sudah kehabisan angin. Saya sendiri pernah mengalami, badan gerah karena memakai jacket di siang bolong mencari tukang tambal ban tak kunjung berjumpa.

Dengan memasang ban tubeless dijamin tak terjadi, hal tak mengenakkan seperti yang pernah saya alami. Kalaupun ban tertusuk paku atau benda tajam lainnya, dijamin tidak langsung kempes. Pengendara punya spare waktu lumayan panjang, proses tambal ban tubeless juga lebih praktis dan cepat(tanpa bongkar ban dalam)

Fitur standart samping otomatis atau side stand switch, mesin tidak dapat dinyalakan saat posisi standart dalam keadaan turun. Hal ini sangat aman, terutama saat membawa anak kecil di bagian depan. Dengan mesin dalam kondisi mati, tidak khawatir loncat meski gas ditarik.

10-vario-572876ce4d7a61b00723f979.jpg
10-vario-572876ce4d7a61b00723f979.jpg
Berikut spesifikasi detil, brosurnya dibawa biar bisa dibaca kapanpun (hehee)- dokumentasi pribadi

11-vario-57287757359773a519a07ff5.jpg
11-vario-57287757359773a519a07ff5.jpg
Honda Vario 150 eSP Keren dan bikin Mupeng (dari brosur) dokumentasi pribadi 

00o00

Tahun 1998

Demo mahasiswa terjadi dimana-mana, krisis moneter melanda negeri tercinta. Harga bahan kebutuhan pokok melonjak tinggi, masyarakat panik karena ketersediaan barang juga minim. Rak-rak supermarket melompong, bagi yang punya uang berlebih memborong barang yang tersedia.

"Gung, Hondamu bagaimana?" suara ibu sedikit panik terdengar dari ujung telepon pagi itu

Sejak merantau saya terbiasa telepon, rutin seminggu sekali atau dua kali. Selain berbagi kabar, juga melepaskan rasa kangen utamanya pada Ibu. Kadang kisah yang belum saya ceritakan, sudah sampai ke telinga ibu lebih dulu melalui kakak yang merantau di kota yang sama.

Pun kisah pilu saat saya kehilangan sepeda motor, Ibulah yang (saya akui) paling berempati. Tapi pada artikel ini, saya tak ingin cerita kronologis atau apapun yang berkaitan dengan kehilangan motor kala itu.

Coba perhatikan pertanyaan yang ibu sampaikan, langsung merujuk kata "Hondamu" bukan "Motormu". Di kampung halaman saya atau mungkin di kampung lain, motor sudah identik dengan kata Honda. Meskipun jelas yang terpasang tulisan merek lain, tetap saya orang menyebut Honda sebagai pengganti kata benda motor.

Hal yang sama sering didapati juga, untuk air mineral, pasta gigi, foto copy dan beberapa product lain. Brand yang kuat dan menjadi pioner, biasanya yang melekat di benak konsumen. Secara otomatis dan reflek akan disebut orang, saat menyebutkan benda tersebut. Tak peduli merk yang tertulis adalah kompetitor, tetap saja orang tak terusik bersikukuh mengucap nama yang kadung menempel di benak.

Dalam sebuah acara bisnis di satu stasiun televisi, Prof. Renald Kasali hadir menjadi Narasumber. Beliau mengemukakan satu musabab, mengapa nama produk yang melekat pada suatu benda. Beliau mengungkapkan, bisa jadi produk tersebut menguasai pasar (lebih dominan) atau karena menjadi pioner di kelasnya.

Ketika berkilas balik pada acara Kompasiana "Visit Honda factory Cikarang", kemudian melihat output-nya berupa inovasi di lapangan. Saya pribadi bisa mengambil kesimpulan, Honda telah berhasil menjadi pioner sekaligus menguasai pasaran.

Pada tahun 2015 semester pertama, Honda meraih market share sebesar 67% sementara sisanya dibagi untuk product lain. Angka dari prosentase tersebut, setara dengan jumlah penjualan 2.409.816 unit. Selain itu Honda merajai untuk segment skutik nasional, juga memimpin pasar untuk motor bebek sejumlah 45%. (sumber :  Market Share Honda Capai 67%)

Saya rasa pencapaian ini adalah sebuah akumulasi, atas proses yang dilakukan dengan sungguh mulai dari Pabrik hingga pemasaran serta service after sales. Saya membayangkan budaya disiplin dan profesional di Honda Factory, pasti tak hanya diterapkan di Cikarang yang Kompasianer's kunjungi. Tetapi budaya yang sama diaplikasikan, untuk Honda factory di seluruh dunia.

Spirit yang benar-benar terpelihara dan coba dilanggengkan, dari semangat pemuda luar biasa bersama Soichiro Honda. (salam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun