Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Vario 150 Sempurna, Sebuah Inovasi dan Spirit yang Berkesinambungan

3 Mei 2016   17:17 Diperbarui: 6 Mei 2016   04:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

11-vario-57287757359773a519a07ff5.jpg
11-vario-57287757359773a519a07ff5.jpg
Honda Vario 150 eSP Keren dan bikin Mupeng (dari brosur) dokumentasi pribadi 

00o00

Tahun 1998

Demo mahasiswa terjadi dimana-mana, krisis moneter melanda negeri tercinta. Harga bahan kebutuhan pokok melonjak tinggi, masyarakat panik karena ketersediaan barang juga minim. Rak-rak supermarket melompong, bagi yang punya uang berlebih memborong barang yang tersedia.

"Gung, Hondamu bagaimana?" suara ibu sedikit panik terdengar dari ujung telepon pagi itu

Sejak merantau saya terbiasa telepon, rutin seminggu sekali atau dua kali. Selain berbagi kabar, juga melepaskan rasa kangen utamanya pada Ibu. Kadang kisah yang belum saya ceritakan, sudah sampai ke telinga ibu lebih dulu melalui kakak yang merantau di kota yang sama.

Pun kisah pilu saat saya kehilangan sepeda motor, Ibulah yang (saya akui) paling berempati. Tapi pada artikel ini, saya tak ingin cerita kronologis atau apapun yang berkaitan dengan kehilangan motor kala itu.

Coba perhatikan pertanyaan yang ibu sampaikan, langsung merujuk kata "Hondamu" bukan "Motormu". Di kampung halaman saya atau mungkin di kampung lain, motor sudah identik dengan kata Honda. Meskipun jelas yang terpasang tulisan merek lain, tetap saya orang menyebut Honda sebagai pengganti kata benda motor.

Hal yang sama sering didapati juga, untuk air mineral, pasta gigi, foto copy dan beberapa product lain. Brand yang kuat dan menjadi pioner, biasanya yang melekat di benak konsumen. Secara otomatis dan reflek akan disebut orang, saat menyebutkan benda tersebut. Tak peduli merk yang tertulis adalah kompetitor, tetap saja orang tak terusik bersikukuh mengucap nama yang kadung menempel di benak.

Dalam sebuah acara bisnis di satu stasiun televisi, Prof. Renald Kasali hadir menjadi Narasumber. Beliau mengemukakan satu musabab, mengapa nama produk yang melekat pada suatu benda. Beliau mengungkapkan, bisa jadi produk tersebut menguasai pasar (lebih dominan) atau karena menjadi pioner di kelasnya.

Ketika berkilas balik pada acara Kompasiana "Visit Honda factory Cikarang", kemudian melihat output-nya berupa inovasi di lapangan. Saya pribadi bisa mengambil kesimpulan, Honda telah berhasil menjadi pioner sekaligus menguasai pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun