Bersikap Asertif, Cara Ampuh atasi Konflik (PART 2)
Selamat datang kembali di artikel kedua ini saya akan membahas lanjutan tentang langkah-langkah bersikap asertif. Di artikel sebelumnya saya sudah menjelaskan langkah pertama dan kedua, dan sekarang waktunya saya menjelaskan langkah berikutnya. So, Let's read it baby !!
> Langkah ke-3 : Mengukur Dunia di Luar Anda
Setelah Anda berusaha untuk mengukur diri sendiri, sekarang saatnya Anda mengalihkan fokus dari dalam ke luar. Dengan kata lain ukur hal-hal yang terjadi dalam kehidupan Anda sekarang, termasuk dalam kehidupan profesional atau pekerjaan Anda. Situasi spesifik apa yang sedang Anda hadapi yang dapat mempengaruhi kesuksesan Anda ? Bagaimana Anda mengatasi hal semacam itu ? Apakah Anda terlalu pasif ? Ataukah mungkin terlalu agresif ? Mulailah mengukur dari situ.
Ambilah suatu kondisi yang dapat mengganggu pikiran Anda, dan amati dengan cermat. Selanjutnya, mulailah merancang sebuah rencana spesifik dan rinci tentang cara bersikap asertif di dalam lingkungan tersebut berdasarkan pada pedoman-pedoman berikut ini :
Pertama,
Jika harus berbicara tegas kepada orang-orang yang terlibat dalam permasalahan tersebut, bagaimana Anda menggambarkan perasaan Anda tentang masalah itu ?
Saat berhadapan dengan orang-orang tersebut jangan sembarangan menuduh seperti, "Anda selalu memusuhi... Anda selalu marah... Anda tidak pernah mau mengajak saya berbicara."
Sebaliknya, gunakan kalimat-kalimat dengan "saya" dan "hal tersebut", berpeganglah pada fakta dan kendalikan emosi Anda. Yang terpenting, jangan memperlebar lingkup pembicaraan diluar keadaan yang sekarang  Anda sedang hadapi. Boleh saja anda berbicara masa lalu tapi harus relevan dengan kondisi yang sekarang.
Berfokuslah pada apa yang benar-benar sedang terjadi. Jangan menyinggung masalah motivasi atau psikologi. Anda hanya perlu paham apa yang telah terjadi di level fisik.
Jika Anda merasa perlu menggunakan perasaan, pastikan itu adalah perasaan Anda sendiri. Gunakan kalimat-kalimat dengan kata "saya", yang menunjukkan bahwa Anda bertanggung jawab atas perasaan Anda tersebut. Berusahalah untuk berfokus pada perasaan positif yang berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan Anda yang tepat, bukan ketidaksukaan Anda terhadap orang lain. Bersikaplah spesifik tentang hal-hal yang Anda ingin hentikan, juga yang ingin Anda mulai.
Bersikap Asertif berarti juga memikirkan orang lain, juga kesudian untuk berubah sebagai gantinya. Anda mungkin ingin menyampaikan sesuatu tentang konsekuensi sebuah perubahan, tetapi jangan mengancam. Karena ancaman selalu mempersonalisasi situasi konflik. Ancaman selalu menantang orang diluar situasi professional, dan hal itu dapat membuat mereka merasa terpojok dan pada akhirnya menarik diri keluar.
Ketika memulai menulis dialog dalam imajinasi Anda, mulailah kalimat Anda dengan kata-kata berikut :
"Yang mungkin kita lakukan adalah..."
"Kita dapat..."
"Maukah Anda...?"
"Saya akan sangat menghargai jika Anda..."
"Saya setuju dengan sebagian Anda sampaikan, berikut hal-hal yang saya ingin lihat berubah..."
Setelah menguasai cara menyusun skenario tentang bersikap Asertif ini, beberapa hal akan menjadi jelas bagi Anda. Anda mungkin akan menyadari bahwa betapa pun kalem dan sopan Anda, atau seberapa banyak Anda menggunakan kata "saya" dan "hal itu", sekali waktu sikap Asertif Anda akan diterima sebagai serangan pribadi.
Jika individu lain memang orang yang agresif, Anda mungkin akan menerima serangan dalam bentuk tuduhan bahwa Anda terlalu ikut campur. Untuk menjadi orang yang benar-benar Asertif, Anda harus bersiap menghadapinya dan tahu cara untuk meresponnya.
Cara Merespons Orang Agresif
Biasanya, dalam menjelaskan posisi Anda dan bertahan pada posisi tersebut sudah cukup untuk menenangkan situasi. Akan tetapi, Anda mungkin akan sangat tergoda untuk menyerang balik atau mundur. Usahakan untuk menolak godaan tersebut. Ketika orang lain mengabaikan dialog dengan bersikap emosional, maka jangan sampai Anda terpengaruh.
Yang sebenarnya terjadi adalah dengan marah, orang lain tersebut berusaha menyiratkan bahwa perasaan mereka lebih penting daripada perasaan Anda hanya karena mereka bersuara lebih keras, atau kasar, bahkan mengeluarkan air mata. Jangan sampai biarkan perilaku seperti itu mengecilkan arti penting Anda dalam dialog tersebut. Jangan merespons dengan ikut bersikap agresif, begitu juga jangan mundur begitu saja. Inilah yang disebut pendekatan pasif - agresif.
Sebaliknya, pertahankan sikap yang menyatakan "Kita sama-sama penting." Kata Dale Carnegie, kita memperoleh manfaat maksimal ketika berusaha melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ini mungkin tidak mudah jika orang lain mulai emosional. Maka perlu latihan untuk menjaga sikap seperti itu. Sekali lagi, coba ajak seorang teman dekat Anda untuk ikut dalam dialog ini. Minta seseorang untuk ikut dalam percakapan dengan Anda sehingga Anda dapat berfokus untuk mempertahankan sikap Anda.
Berikutnya masih ada PART 3 untuk cara sukses bersikap Asertif ini. Jadi jangan pesimis coba dulu aja langkah ini dan konsisten serta yakin bisa berhasil.
Terima kasih. Salam Menulis Kreatif nan Indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H