Mohon tunggu...
Agung Widiatmoko
Agung Widiatmoko Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Biasa

Menulislah selama bisa

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Martir Demokrasi

27 Juli 2024   00:36 Diperbarui: 27 Juli 2024   05:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DEMOKRASI/suara.com

Pertama marilah kita ucapkan terimakasih dan syukur kepada Tuhan karena masih diberikan kesempatan untuk hidup. Sehingga kita bisa menikmati udara segar di pagi hari, menyeruput kopi, menghisap rokok, dan berbicara serta mendengar suara orang yang kita cintai di sekitar kita. Kebanyakan dari kita selalu suka bertindak spontan dan langsung memberikan reaksi atas apa yang kita lihat, dengar dan baca, tanpa pernah kita analisa dan memaknai setiap peristiwa yang terjadi.

Banyak orang berteriak tentang Demokrasi tetapi tak paham makna Demokrasi yang sebenarnya, Banyak orang berbicara Nasionalisme tapi nol dalam praktek nya, termasuk mohon maaf Para Pemangku Kepentingan Negeri ini yang dengan bangga mengatasnamakan Wakil Rakyat. Langsung saja, mari kita flashback jauh  beberapa puluh tahun setelah Negeri ini Dinyatakan merderka.

Kita tentu ingat Sejarah kelam Tahun 1965-1966 Sebuah Tragedi Pembantaian terhadap suatu kelompok yang dituduh sebagai Pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) sejarah mencatat setidaknya hamper sekitar 500.000  jiwa  melayang dibantai dengan sangat kejam. Padahal kita sama sama tahu Sejarah Mencatat Pada waktu itu hamper 300.000 kader PKI  dan seluruh anggotanya kurang lebih berjumlah sekitar 2.000.000 orang, PKI pernah menjadi sebuah Partai Besar di Negeri ini, Dan mendapatkan dukungan langsung pada saat itu dari Soekarno selaku Presiden RI 1.

Dukungan  Parta Komunis terhadap Soekarno bergantung pada koalisi "Nasakom" antara Militer,atau disebut Nasionalis, kelompok Agama, dan Komunis. Perkembangan PKI, dan dukungan Soekarno terhadap PKI, menumbuhkan rasa iri dan Kekhawatiran pada kelompok muslim dan militer. Ketegangan mulai menyelimuti perpolitikan Indonesia pada awal dan pertengahan tahun 1960-an. Upaya PKI untuk mempercepat reformasi tanah menggusarkan tuan-tuan tanah dan mengancam posisi sosial.

Pembantaian besar besaran yang dilakukan di sinyalir adalah karena upaya kudeta, atau percepatan Revolusi. Kita perlu bertanya Tanya dalam hal ini, mengapa Partai sebesar itu yang tergabung dalam sebuah Koalisi "NASAKOM" yaitu Nasionalis, Agama dan Komunis, harus melakukan Revolusi dan Upaya kudeta? Apakah ada sesuatu yang salah dalam Sistem Negara ini pada saat itu?

 Pembantaian yang dilakukan sudah sangat ngawur, bukan hanya kepada Pimpinan atau kader kader PKI tetapi juga menyasar kepada Masyarakat sipil yang kemungkinan besar tidak terlibat sama sekali bahkan tidak tahu tentang situasi perpolitikan. Lantas Apakah ini yang dinamakan BHINEKA TUNGGAL IKA? Sebagaimana sebuah landasan yang tertulis tebal pada sebuah pita putih dalam cengkraman symbol Negara kita yaitu Burung Garuda.

Setelah Peristiwa kelam itu Pilar utama sekaligus Pendukung Soekarno telah musnah, hilang nya kepercayaan dari agamawan, dan Soekarno sebagai Presiden RI pada saat itu telah gagal dalam menyeimbangkan stabilitas nasional, Pada tahun 1966 pun Akhirnya Soeharto berhasil mendpatkan apa yang diharapkanya. Soekarno menaikkan pangkat  Soeharto menjadi LetnanJenderal.

Dekret Supersemar pada 11 Maret 1966 mengalihkan sebagian besar kekuasaan Soekarno atas parlemen dan angkatan bersenjata kepada Soeharto, memungkinkan Soeharto untuk melakukan apa saja untuk memulihkan ketertiban.

Surat Perintah 11 Maret itu mula-mula, dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan. Dikiranya Surat Perintah 11 Maret adalah satu penyerahan pemerintahan! 

Dikiranya Surat Perintah 11 Maret itu satu transfer of authority. Padahal tidak! Surat Perintah 11 Maret adalah satu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan, pengamanan jalannya any pemerintahan, demikian kataku pada waktu melantik Kabinet. 

Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah pengamanan beberapa hal. Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik. Dan saya mengucap terima kasih kepada Jenderal Soeharto akan hal itu. Perintah pengamanan, bukan penyerahan pemerintahan! Bukan transfer of authority!

---Soekarno, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, 17 Agustus 1966

Satu tahun Berlalu setelahnya dan Soeharto pun ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia. Dari sini sebenarnya benang merah itu bisa sedikit kita teliti bahwa Pembantaian dan pemusnahan PKI ada kemungkinanya hanyalah persoalan Pergantian Kekuasaan, dan Bahkan sangat mungkin jika terjadinya persekongkolan dan pengkianatan, tentu saja kita hanya bisa mengira dan menduga duga siapa pengkhianatnya, dan siapa yang dikhianati mengingat mungkin sebagian besar bahkan Saya secara pribadi tidak mengalami pada masa itu.

Soeharto Pun akhirnya Memimpin selama kurang lebih 32 Tahun, dan dalam masa pemerintahan Soeharto yang kita kenal dengan Orde Baru, Berapa banyak kasus kasus Pembunuhan Misterius? Orang orang tidak berani menyuarakan pendapatnya dan masih banyak lagi, bisa Jadi masih ada sisa trauma pasca pembantaian PKI yang begitu kejam daripada Pembantai yang terjadi oleh Khmer Merah di kamboja, dan itu sangat mungkin.

Beberapa aksi demonstrasi terjadi di era Soeharto atau Orde Baru diantaranya Peristiwa MALARI ( Lima Belas Januari) tahun 1970, kemudian kemarahan itu berlanjut pada aksi 1978 yaitu Penolakan Pencalonan Kembali Soeharto sebagai Presiden yang ke 3 kalinya, TNI pada ssat itu ABRI turu tangan dan menduduki kampus kampus, mensterilkan Gerakan Mahasiswa. 

Banyak yang terjadi di era orde baru bahkan penangkapan paksa juga terjadi pada tahun 1996 tepatny 27 juli 1996, diantaranya adalah Budiman sujatmiko ketua umum PRD ( Partai Nasional Demokratik), Garda sembiring Ketua SMID ( Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi), Mochtar Pakpahan Ketua Serikat Buruh SBSI ( Serikat Buruh Sejahterah Indonesia), dan yang lebih menyedihkan adalah Hilangnya 23 Korban Penculikan yang dihilangkan secara Paksa. 

Satu orang dinyatakan Tewas adalah Leonardus Gilang, dan 9 orang dibebaskan oleh pelaku penculikanya mereka adalah ; Desmon Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Raharja waluyo Jati, Pius lustrilanang, Faisol Reza, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, Andi arief.

Sementara itu ke 13 lainya dinyatakan hilang sampai detik ini tidak diketahui keberadaanya diantaranya adalah sebagai berikut :

Petrus Bima Anugrah, mahasiswa Universitas Airlangga

Herman Hendrawan, mahasiswa Universitas Airlangga

Suyat, aktivis SMID

Widji Thukul.

Yani Afri, ia ditangkap di Jakarta dan menghilang pada tanggal 26 April 1997.

Sony, Dia berteman dengan Yani Afri hilang di Jakarta pada 26 April 1997.

Dedi Hamdun, pengusaha.

Noval Al Katiri, aktivis PPP

Ismail; hilang di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1997.

Ucok Munandar Siahaan, mahasiswa.

Hendra Hambali, pelajar SMA

Yadin Muhidin, siswa Sekolah Pelayaran

Abdun Nasser, kontraktor; hilang selama kerusuhan di Jakarta pada 14 Mei 1998.

Lalu dimana tanggung jawab Negara atas kebengisan Orde baru tersebut? Sekali lagi korban korban itu semua adalah bukti bahwa selama ini tidak ada Kepala Negara, ataupun Presiden, melainkan hanya sosok Penguasa yang tidak mau kehilangan kekuasaanya. Bahkan ketika era orde baru sudah berakhir dan sudah terjadi pergantian kekuasaan pun masih sering terjadi pembunuhan secara misterius, hilangnya nyawa pada saat melakukan aksi demonstrasi, dan itu semua adalah akibat dari pengerahan kekuatan secara berlebih, Darimana Seragam bahkan senjata yang mereka pakai?

 Bukankah itu juiga dari uang rakyat? Lantas senjata itu dipakai menghabisi nyawa rakyat yang tidak berdosa, yang melakukan aksi demonstrasi demi menegakan dan tercapainya kesejahteraan bersama, karena Wakil rakyat yang mewakili suara mereka telah terang terangan Berkhianat dan membuat kebijakan dan aturan aturan yang justru merugikan rakyat itu sendiri. Jika Nasionalisme rakyat terhadap sebuah Negara dianggap pemberontakan dengan melakukan aksi demonstrasi lalu pembunuhan, penculikan, penembakan, penghilangan paksa yang di duga dilakukan oleh oknum aparat keamanan itu disebut apa? Masih pantaskah mereka disebut sebagai manusia?

Dari berbagai sumber, dan referensi.

#Biliksunyi

Malang 27 july 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun