Mohon tunggu...
Rana Farrasati
Rana Farrasati Mohon Tunggu... Ilmuwan - Agriwatch - share knowledge and information about agriculture nowadays!

full time researcher, half time illustrator and musician.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ayo Pantau Keberlanjutan Lahan Ex-Konversi Hutan Gambut (langkah preventif meredam laju deforestasi, melestarikan biodiversitas dan menjaga cadangan karbon)

16 Mei 2018   11:19 Diperbarui: 25 Mei 2018   21:04 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, meskipun kondisi kemasaman tanah tinggi, keanekaragaman hayati yang tinggi tetap ditemukan pada lahan dan hutan gambut. Hutan gambut merupakan habitat dari berbagai spesies tanaman, hewan dan mikroba endemik yang dapat bertahan hidup di kondisi anaerob dan miskin hara (Yule, 2008). WWF dan LIPI (2007) melaporkan terdapat 808 spesies flora di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan dan 261 jenis flora di Taman Nasional Berbak, Jambi (Giesen, 1991). 

orangutans-fire-main-5b080c51cf01b41ea858e892.jpg
orangutans-fire-main-5b080c51cf01b41ea858e892.jpg
Orangutan sebagai spesies endemik hutan gambut (Sumber: AntaraFoto/Reuters)

Beberapa flora endemik pada hutan gambut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan menguntungkan masyarakat lokal, seperti tanaman perepat (Combretocarpus rotundatus), bengeris (Kompassia malaccensis), dan jelutung rawa (Dyera costulata). Selain itu, WWF melaporkan, tercatat 34 spesies ikan, 35 spesies mamalia dan 150 spesies burung di hutan gambut. Lima spesies endemik hutan gambut yang dilindungi menurut IUCN Red diantaranya adalah harimau sumatera, beruang madu, langur, orang utan dan buaya sinyulong.

 

Ada apa dengan lahan dan hutan gambut?

gambut-kebakaran-5b080e29caf7db4205445cf2.jpg
gambut-kebakaran-5b080e29caf7db4205445cf2.jpg
Kebakaran Gambut, mimpi buruk bagi dunia (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


Luasan lahan produktif bagi pengembangan pertanian yang kian menyusut, disusul populasi penduduk Indonesia yang meningkat pesat dan berbanding lurus dengan kebutuhan pangan serta infrastruktur menyebabkan alih guna lahan gambut marak terjadi. Pada umumnya, lahan dan hutan gambut kebanyakan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit ataupun hutan tanaman industry (HTI). Dari total lahan gambut di Indonesia, 875 ribu ha telah terbakar dan rusak (tidak dapat kembali ke sifat awal karena memiliki sifat hidrofobik) pada tahun 2015, 6,2 juta ha merupakan lahan gambut yang belum terusik, 2,8 juta ha merupakan kawasan kubah berkanal, dan 3,1 juta ha digunakan sebagai lahan budidaya. Miettinen et al (2011) menyatakan Indonesia kehilangan lahan dan hutan gambut 28% lebih rendah dari Malaysia dengan total luasan 2.199 m ha dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010). 

seasia-peat-cover-change-5b080c22bde57506367962d2.jpg
seasia-peat-cover-change-5b080c22bde57506367962d2.jpg
Hilangnya luasan gambut di Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini (Sumber: Miettinen et al, 2011 dan Mongabay.com)

Pada umumnya, lahan dan hutan gambut kebanyakan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit ataupun hutan tanaman industry (HTI). Dari total lahan gambut di Indonesia, 875 ribu ha telah terbakar dan rusak (tidak dapat kembali ke sifat awal karena memiliki sifat hidrofobik) pada tahun 2015, 6,2 juta ha merupakan lahan gambut yang belum terusik, 2,8 juta ha merupakan kawasan kubah berkanal, dan 3,1 juta ha digunakan sebagai lahan budidaya.

Sejatinya, gambut dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat apabila dikelola dengan tepat. Prof. Riset. Dr. Chairil Anwar Siregar sebagai salah satu narasumber dari diskusi ilmiah sekaligus peneliti hidrologi dan konservasi tanah Badan Litbang dan Inovasi di Bogor menyatakan “pengelolaan gambut yang berkelanjutan harus dipandang dari 5 hal ini: pengelolaan berbasis lanskap, pengelolaan lahan gambut, pengelolaan air, pengelolaan api, dan pengelolaan sosial-ekonomi”. Namun demikian, diperlukan komitmen serius dan berkelanjutan antara pihak terkait dan  keseimbangan serta harmonisasi pemikiran kaum konservasionisme dan developmentalisme agar tujuan utama tercapai.

global-5b080c4bab12ae266b3d50f2.jpg
global-5b080c4bab12ae266b3d50f2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun