Mohon tunggu...
Agrindo Zandro
Agrindo Zandro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama Membina Mahasiswa Anti Radikalisme

11 Oktober 2021   12:00 Diperbarui: 11 Oktober 2021   12:06 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[2] Dalam pengertian ini, kita dapat memahami bahwa kata radikal itu sendiri sangat dekat dengan subyek tertentu, gagasan tertentu yang keduanya merujuk pada perubahan dalam seluruh aspek kehidupan. Radikalisme walaupun dalam beberapa konteks tidak selalu dipersepsikan dalam kacamata yang negatif, namun penggunaan kata radikalismetelah menjadi umum untuk merujuk pada suatu paham yang fundamental bahkan terejawantahkan dalam tindakan ekstrim dengan menolak segala bentuk perbedaan di luar dirinya atau kelompok.[3]

Agama yang berdiri di muka bumi sebagai sistem yang bukan saja mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi juga harus mampu membina, membentuk, dan mengatur pola kehiduapan bersama dalam rangkaian yang serba berbeda. 

Dalam esensi agama yang hidup, terdapat berbagai unsur moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup yang baik dan benar di tengah hiruk-pikuknya radikalisme. Namun dalam kenyataannya, malah agama sendiri menjadi provokator yang mudah terbakar dalam gerakan bela iman secara radikal. Hal ini terjadi karena daya interpretasi yang minim mutu atau dengan kata lain nilai-nilai agama yang sejati telah pudar terkikis oleh pemikiran radikalisme, ekstrimisme, dan intoleransi.

Perlu dipahami keberadaan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, suatu kumpulan besar kaum cedekiawan yang pada masa depan akan merangkai dan mengatur jalannya kehidupan berbangsa, bernegara, dan juga beragama. 

Secara sederhana, mahasiswa merupakan orang-orang yang belajar di perguruan tinggi. Pada tahapan perguruan tinggi, setiap pribadi yang terlibat di dalamnya terbuka secara kognitif, afektif, dan sosial, untuk melakukan semacam perubahan ideal melalui gerakan-gerakan yang tegas dan cepat. 

Hal ini mungkin disebabkan oleh jiwa muda para mahasiswa yang begitu menggelegar. Kekuatan para mahasiswa begitu kuat sehingga tak jarang terjadi begitu banyak kegiatan politis konkrit yang dilakukan oleh mahasiswa baik di level kampus, kota, kabupaten, maupun nasional. 

 

Agama dan Mahasiswa

Secara umum dapat kita ketahui dengan pasti bahwa kebanyakan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia memeluk agama tertentu. Di Pulau Jawa mayoritas Islam, di bagian NTT mayoritas Katolik, di bagian Sumatera Utara mayoritas Protestan, di Bali mayoritas Hindu, dan lain sebagainya. Semua mahasiswa yang beragama ini tentu memiliki pegangan yang baik bagi kehidupan dalam konteks kebhinekaan Indonesia. 

Peran dari agama sangat genting dalam situasi radikal. Eksistensi agama sangat berpengaruh dalam membina keutuhan sosial masyarakat multikultural. Hans Kung dalam tulisan A. Sudiarja tentang agama, begitu yakin dengan eksistensi agama melalui pernyataan bahwa perdamaian antara bangsa-bangsa tidak akan terwujud sebelum ada perdamaian antaragama.[4] 

Banyak ahli kebudayaan di abad lalu mengemukakan keyakinannya bahwa kehidupan modern yang menjanjikan kehidupan sekuler yang nyaman, aman, dan makmur akan membuat agama lenyap dan hilang perannya dalam kehidupan sosial. Keyakinan itu bukan tanpa dasar, sebab eksistensi agama selama ini memang kurang ramah dengan 'kehidupan duniawi'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun