Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, ia tak pernah meninggalkan tanah kelahirannya hingga ia berusia 35 tahun, yakni saat ia hijrah ke Kedah. Setelah itu ia kembali ke Dusun Pulau tengah dan mendirikan surau di dekat rumahnya di Koto Tuo.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Kerinci umumnya, perjalanan ke daerah di seberang lautan dilakukan pada umumnya hanya bertujuan untuk menunaikan ibadah haji, sangat sukar ditemukan orang yang pergi dengan tujuan lain.
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh H. Ismail yang belajar di Kedah dan kemudian langsung kembali ke Dusun Pulau Tengah adalah hal yang jarang dilakukan oleh penduduk Kerinci di masa itu.
Tak lama setelah ia mendirikan surau dan melahirkan beberapa tokoh yang bisa menggantikannya sebagai guru mengaji, ia pun memutuskan untuk melanjutkan mendalami pengetahuan Islamnya ke tanah Arab, pada saat itu pula ia menunaikan ibadah haji.
Dengan menempuh pendidikan Islam sejak masa kecil hingga dewasa dan dilanjutkan dengan belajar di daerah lain, tidak heran apabila H. Ismail menjadi tokoh ulama besar yang kesohor dan dipercaya untuk memimpin rakyat dalam melawan pasukan kolonial Belanda yang mereka sebut sebagai bangsa kafir di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H