Daerah dengan masyarakat yang seluruhnya memeluk keyakinan Islam ini--bahkan terkesan sangat fanatik--sudah lama memiliki tradisi untuk mempelajari agama ke daerah lain, namun demikian sebagai muara pembelajarannya ialah tanah Arab yang merupakan pusat ajaran Islam, begitu pula yang dilakukan oleh H. Ismail.
Karena kefanatikannya pada Islam, kelak dalam masa perang, masyarakat Kerinci bahkan mengharamkan untuk menggunakan senjata hasil rampasan perang, seperti yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.
Bukti ketaatan masyarakat Kerinci terhadap Islam dapat ditemui saat ini dengan adanya beberapa masjid tua yang dibangun sebelum abad ke-20--saat masuknya bangsa asing ke daerah Kerinci. Pun di Dusun Pulau Tengah terdapat sebuah masjid tua yang didirikan pada 1780.Â
Pembangunan masjid ini dilakukan dengan baringkea oleh penduduk setempat yang menurut laporan van Aken pada tahun 1913 berjumlah sekitar 1.500 orang--yang saat ini bertambah menjadi 6.000 orang.
Dari data tersebut dapat diperkirakan penduduk Dusun Pulau Tengah saat pendirian Masjid Tua (sekarang dikenal sebagai Masjid Keramat) masih kurang dari 1.000 orang. Walaupun setiap dusun di Kerinci memiliki masjid sebagai tempat belajar agama, namun yang tertua adalah Masjid Keramat di Koto Tuo Dusun Pulau Tengah ini.
Sejak didirikannya Masjid Keramat, penduduk dari dusun-dusun Kerinci lainnya, bahkan daerah-daerah yang bertetangga dengan Kerinci seperti Bangko, memilih untuk belajar agama Islam ke sana. Dengan begitu, Dusun Pulau Tengah menjadi pusat belajar agama Islam yang ternama di masa itu.
Latar Belakang Pendidikan
Tidak banyak yang dapat ditulis tentang riwayat pendidikan H. Ismail ini karena sumber tertulis maupun lisan tidak menjelaskannya dengan rinci dan jelas.
Setidaknya dalam pembahasan ini dapat dijelaskan riwayat pendidikannya secara singkat dan hanya sebagai penggambaran umum untuk memahami salah satu aspek yang memengaruhi tokoh, yang tentunya terfokus pada pendidikan agama Islam yang pada umumnya ditempuh oleh masyarakat Kerinci pada masa sebelum adanya pendidikan Barat.
H. Ismail sama seperti anak-anak lainnya, ia memulai pendidikannya di surau di Dusun Pulau Tengah, tepatnya di Koto Tuo. Di sinilah ia mendapatkan pemahaman Islam setelah sebelumnya ia mendapatkannya dari lingkungan keluarga.
Setelah menyelesaikan pendidikan di surau, ia dipercaya untuk mengajar anak-anak yang juga belajar di surau tersebut hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Dusun Pulau Tengah.