Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Menjadi Freelancer di Usia Dini, Kenapa Tidak?

15 Oktober 2016   22:44 Diperbarui: 16 Oktober 2016   12:34 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu sore, saya dan Audry bertemu untuk melepas rindu. Kami pergi ke Ninotchka daerah Citra 6, Kalideres. Jessica yang pada saat itu sangat banyak bercerita tentang kehidupan barunya sedangkan saya hanya mendengarkan. Hingga pada saat tertentu, Jessica menceritakan bahwa temannya menjadi freelancer dan mendapatkan fee yang menggiurkan. Waktu itu, temannya Jessica adalah freelancer yang menjadi SPG di Pekan Raya Jakarta atau biasa kita kenal dengan sebutan PRJ. Kemudian Jessica mengajak saya untuk ikut menjadi SPG PRJ untuk tahun 2015. Awal mulanya saya menolak. Saya harus bertanya kepada orang tua terlebih dahulu sebelum memutuskan iya atau tidak. Walau dalam hati saya sangat ingin, tapi saya tidak boleh mendahulukan orang tua.

Saya mulai meceritakan ke Mama seperti apa yang Jessica ceritakan kepada saya. Respon Mama adalah tidak. Beliau tidak mau jika saya bekerja dan menggangu sekolah saya. Ditambah keadaan saya yang mencukupi untuk apa lagi saya bekerja. Saya membantah beliau. Saya dan Jessica mengikuti tahap proses interview untuk menjadi SPG PRJ.

Hari Kamis pada bulan April 2015, saya dan Jessica mengikuti Walk In Interview di mall Citraland. Kebetulan pada hari itu kita libur sekolah karena kelas 3 sedang melaksanakan Ujian.

Kami berpakaian Dress, memakai Heels, dan tentunya Make Up agar menambah nilai plus saat interview. Tidak lupa juga membawa CV, foto, dan foto copy KTP. Saat interview, PIC kami adalah 2 laki-laki. Gugup, deg-degan, hingga keringat dingin menghampiri kami. Jelas iya, karena ini adalah kali pertama bagi saya dan Jessica diinterview untuk menjadi SPG.

Pertama, kami diminta untuk memperkenalkan diri, pengalaman, dan menjelaskan mengapa kita mau menjadi SPG. Kemudian saya memperkenalkan diri mulai dari nama lengkap, umur, pendidikan, tinggi, berat badan, warna kulit dan warna rambut. Pengalaman? Saya hanya menjadi member Oriflame dan pernah menjadi reseller online shop. Alasan saya mengapa mau menjadi SPG adalah ingin membuat pengalaman baru dan menambah penghasilan untuk bisa ditabung. Dan proses terakhir dalam tahap interview ini adalah, saya diminta untuk role playatau memperagakan berjualan sebuah produk kepada customer. Saya teringat yang dikatakan oleh Jessica, bahwa intinya adalah saya harus percaya diri dan tidak boleh terlihat gugup agar dapat lolos. Kemudian saya melakuakan role play dengan percaya diri dan dengan suara lantang.

Setelah selesai interview, kami diminta untuk menunggu selama kurang lebih seminggu untuk mengetahui hasilnya apakah diterima atau tidak melalui SMS.

Satu minggupun berlalu. Kamis sore selepas saya latihan basket, terdapat satu SMS baru yang belum saya baca dari nomor yang tidak diketahui. Ternyata, SMS itu adalah dari PIC interview minggu lalu. Dia mengatakan bahwa saya lolos dalam tahap interview kemarin dan diminta untuk datang ke Kantor untuk melakukan tahap proses yang terakhir. Antara percaya atau tidak, saya lolos dan masuk ke tahap berikutnya. Saya bergegas pulang ke rumah dan memberitahukan kepada orang tua. Merekapun turut senang dan mendukung saya untuk menjadi SPG di PRJ.

Saya menelepon Jessica menanyakan apakah dia lolos atau tidak. Ternyata tidak. Saya ikut merasa sedih karena Jessica tidak lolos. Saya juga tidak enak hati kepadanya. Disatu sisi, saya mendapatkan pekerjaan itu dari dia. Di sisi lain, saya membutuhkan pekerjaan itu.

Singkat cerita, saya resmi menjadi SPG PRJ periode 2015. Saat itu saya menjadi SPG PT. Orang Tua Grup. Dengan fee Rp. 135.000 per shift dan mendapatkan makan. Selain itu, jika penjualaan mencapai target, maka saya akan mendapatkan insentive atau bonus sebesar Rp. 70.000. Bagi anak kelas  2 SMA, uang sebesar Rp. 135.000+Rp. 70.000 dalam sehari merupakan uang yang sangat besar. Bayangkan jika dalam sebulan, saya akan mendapatkan kurang lebih Rp. 6.000.000.

Tugas SPG hanyalah menawarkan produk kepada customer dan memberikan promo semenarik mungkin agar mereka membeli. Awalnya saya pikir mudah. Ternyata saat praktek di lapangan, sangatlah susah. Selain membujuk customer, saya harus bersaing dengan kompetitor lain.

Mula-mula, saya merasa canggung dan malu. Banyak yang saya pikirkan. Mulai dari bagaimana saya menawarkan produk ini agar dibeli customer, bagaimana saya dapat mencapai target, bagaimana jika saya ada diposisi penjualan terendah, dan yang paling utama adalah bagaimana saya menahan rasa malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun