Hal ini karena, melalui tayangan televisi dapat membentuk perilaku dan psikologis dari penontonnya. Sehingga, jika tayangan tersebut ditonton oleh anak-anak dan remaja, tentu akan mempengaruhi watak dan perilaku pada anak-anak dan remaja. Seharusnya televisi mampu menyajikan informasi yang dapat mendidik.Â
Secara tidak langsung, melalui tayangan tersebut juga menujukkan adanya penyimpangan sosial, yaitu tokoh laki-laki yang berperilaku menyimpang.Â
Selain itu, penonton dari acara Brownis tidak hanya untuk orang dewasa saja, tetapi juga remaja dan bimbingan orang tua, maka dari itu tayangan tersebut seharusnya tidak disajikan kepada publik karena dapat dikonsumsi oleh anak yang belum cukup usia sehingga bisa membentuk persepsi bahwa laki-laki yang berperilaku seperti seorang wanita merupakan hal yang sudah biasa.Â
Dari kasus tersebut, menjadi pembelajaran bagi semua masyarakat Indonesia mengenai tayangan-tayangan yang ada di media massa, karena pada dasarnya tidak semua informasi dapat diterima mentah-mentah, tetapi perlu pertimbangan dan seleksi dalam menerima informasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H