Saya kembali terdiam,,
“mbak kok banyak Tanya.. emangnya mbak mau punya pacar tentara..”
“lalu saya katakan padanya.. mantan saya itu tentara loh.. makanya saya gak mau lagi….”
Yang lebih mengejutkan dia ternyata kenal mantan saya karena pernah menempuh pendidikan dasar bersama ketika di akedemi militer dan saya pun menceritakan semuanya kepadanya. Dia hanya terdiam dan mungkin tak bisa berkata apa-apa atau memberikan saran. Dia hanya lalu mengirimkan sebuah pesan sulap yang menghibur dan berkata..
“saya tidak mungkin sama seperti yang lain.. karena saya berbeda.. saya pasti berbeda.. “
“berbeda ya.. karena kamu bisa sulap.. bisa bawa helikopter.. dan tidak bisa diam,.. “
Dia hanya tertawa dan saya terkesan padanya malam itu. kami pun kembali intens berbicara sampai akhirnya ia tiba-tiba mendapatkan tugas ke Jakarta dan dia mengajak saya bertemu. Saya pun setuju dan kami mengatur pertemuan yang singkat itu karena keesokan harinya ia harus terbang ke medan untuk membawa jenderal dalam kunjungan dinas.
Pada saat pertama kali melihatnya dalam dunia nyata. Saya jadi paham mengapa dia tak terlihat oleh saya karena kami bertemu di gramedia. Dia memakai topi dengan celana panjang kedodolan. Lalu berlari mendekat kepada saya. Saat itu ia terlambat karena harus naik menunggu gojek. Saya memperhatikannya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan badannya kurus. Gayanya juga tidak seperti perawakan tentara yang terkesan tegap dan keras.
Lalu ia menarik tangan saya meminta diantarkan ke tempat membeli ban pinggang karena takut celananya lepas.
Saya hanya tertawa lalu bertanya mengapa dia menjadi kurus seperti ini sampai-sampai celananya pun kebesaran. Lalu ia bilang pada saya
“mungkin terlalu banyak pikiran dan memikirkan kamu? “