Mohon tunggu...
agnes bemoe
agnes bemoe Mohon Tunggu... -

penulis, 42 tahun, tertarik pada masalah humaniora, seni, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulang Dalam Tanda Kutip

29 Maret 2014   20:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca buku ini saya seperti diingatkan bahwa saya perlu “pulang”: membalikkan badang dan melihat ke orang-orang yang menyayangi dan merawat saya dengan penuh kasih sayang, dan berhenti mencemaskan banyak hal.

“Pulang” bagi saya adalah kembali kepada makna dan martabat keluarga. Keluarga, institusi terkecil dan paling strategis untuk membuat manusia menjadi lebih manusia ini, sering kali dilecehkan martabatnya. Hidup bersama tanpa menikah, perselingkuhan, perceraian, poligami, ataupun kualitas hidup keluarga yang minus karena pola parenting yang keliru membuat keluarga menjadi kehilangan maknanya.

Seandainya Martha tidak punya keluarga yang kuat, pasti susah baginya untuk “pulang”. Kesulitan yang sama yang dialami oleh Patar, teman Nathan, dalam cerita “Menyimpan Sakit”. Kita sulit melihat orang-orang yang menyayangi kita biarpun orang itu berdiri persis di depan kita dan mata kita sehat walafiat karena luka-luka yang ditimbulkan oleh minusnya kualitas hidup berkeluarga.

“Pulang” bagi saya adalah semacam rekoleksi: mengumpulkan kembali serpihan-serpihan diri saya yang tercerai berai karena sakit dan berbagai masalah yang lain. “Pulang” bagi saya adalah saat hening dengan diri saya sendiri. Mengkoreksi, memaafkan, menerima, memahami, dan menyayangi  diri saya sendiri. “Pulang” adalah refleksi besar-besaran: saya kembali ke diri saya sendiri (and not pointing finger to others). Seperti yang dikatakan di akhir cerita “Hening”:

“Tapi, semakin keras gemuruhnya, semakin ruang ibadah ini terasa hening. Lalu kulipat tanganku dan menundukkan kepala, mencoba masuk ke dalam keheningan itu.”


“Pulang” bagi saya tentu saja kembali kepadaNya. Cerita “Rahasia” yang secara sangat mencubit hati menceritakan tentang kembalinya Ruben, adik Martha, ke Rumah Bapa, mengingatkan saya bahwa setiap saat pun saya bisa “pulang”, bukan hanya pulang seperti Ruben, tetapi bertemu Bapa saya: melalui doa, melalui pikiran-perkataan-perbuatan yang pantas pada semua ciptaan Bapa saya. Dengan itu, “pulang” adalah “Hidup Yang Hari Ini”, cerita di halaman empatpuluh delapan yang sangat tepat sekali menggambarkan visi saya tentang “pulang”: mengalir dan optimis dengan iman, harapan, dan kasih.

Itulah makna “pulang” dalam novel “Pulang” karya FRS ini.

Saya rasa, tanpa harus mengalami hal subyektif semacam saya, setiap pembaca bisa menikmati novel ini.

Cerita-ceritanya sederhana, sangat menyentuh, dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Saya merekomendasikan novel ini untuk siapa saja yang membutuhkan bacaan yang dalam namun tersampaikan dengan ringan, sederhana, dan manis. Secara khusus saya memuji kaver buku ini. Menurut saya ini adalah desain yang paling bagus di antara tiga buku yang sebelumnya, diikuti “Tuang Ringo”.

Sebagai  sesama penulis, saya rasa Fidelis R. Situmorang adalah penulis yang harus diperhitungkan. Yang satu ini bisa-bisa menjadi ancaman buat eksistensi saya (:p). Tapi, saya tidak keberatan.

Pekanbaru, 29 Maret 2014

Agnes Bemoe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun