Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ternyata Dirinyalah yang Menjadi Pahlawanku

14 Oktober 2016   20:52 Diperbarui: 14 Oktober 2016   21:13 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian semester pertama hari ini adalah matematika. Aku berencana datang pagi agar bisa bertemu dengan teman-temanku. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Belum ada teman-temanku yang hadir disana. Akhirnya segera aku masuk ke dalam kelas seorang diri. Ketika masuk aku terkaget ketika Zam justru keluar dari dalam kelas. Ia berpapasan denganku saat ingin keluar. Tidak ada sedikit katapun yang keluar dari mulutku kecuali hanya membuang muka dan pura-pura tidak mengetahui.

Zam yang berjalan berpapasan denganku mencoba memberikan senyuman. Namun aku menolak untuk dia senyumkan dan berjalan menuju tempat dudukku. Beberapa nomor peserta sudah tertempel pada meja. Dan setelah kutelusuri langsunglah aku mendapatkan tempat dudukku dan kemudian duduk. Aku belajar sendiri membuka buku catatan, tidak lama kelas ramai dan banyak orang yang datang. Vera sahabatku datang menghampiri dan kami belajar bersama.

Bel berbunyi, para murid menuju tempat duduk masing-masing. Tidak lama guru masuk dan langsung memberikan soal ujian beserta lembar jawaban. Belum sempat mengisi kolom nama ataupun nomer aku lebih dahulu melihat soal-soal yang ada. Setelah aku membolak-balikkan soal banyak sekali yang tidak aku mengerti. Aku hanya bisa berpasrah dan berusaha mengerjakan sebisa mungkin.

Waktu berjalan kurang setengah jam lagi. Aku langsung panik dan melirik kawan-kawan disekelilingku. Mereka semua nampak serius sekali mengerjakan, sedangkan aku tidak bisa melakukan apa-apa. Ku lihat ke arah bawah laci meja ternyata ada banyak sekali coretan dengan spidol tertulis. Setelah kuamati dengan serius ternyata itu adalah kumpulan rumus dari soal ujianku hari ini. Dengan cepat tanpa berpikir panjang aku mencoba mengikuti cara-cara yang tertulis.

"Waktu tinggal sepuluh menit." Ujar pengawas ujian.

Aku menggeragap seketika mendengarnya dan berusaha untuk tenang sembari mengerjakan dengan rumus yang ada di bawah mejaku. Dengan cepat aku mengerjakan seluruh soal itu. Ketika waktu habis akupun mampu mengerjakan seluruh soal ujian yang diberikan.

Saat keluar kelas aku bertatapan dengan Zam yang lewat di depanku sembari tersenyum. Seketika aku teringat waktu tadi pagi, dia adalah orang yang berada di kelasku sebelum temanku yang lain datang. Aku kemudian menebak kecil dalam hati tentang siapakah sosok orang yang telah memberikan rumus di bawah mejaku. Dialah orangnya, Zam. Orang yang paling kubenci itu telah menjadi pahlawanku hari ini. Pasalnya, hanya dialah orang yang berada di kelas sebelum aku datang.

Aku tidak menyangka semua ini telah dilakukannya untukku. Sekarang aku mulai menyadari segala sikap dan perlakuannya kepadaku tidak lain karena memang sebatas pertemanan dan saling canda. Dalam diriku mulai meyakini bahwasanya Zam adalah orang yang baik dan penuh tanggung jawab. Dia telah menjadi Pahlawanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun