Sito sedih melihat apa yang dilakukan temannya. Uang dalam kotak amal mingguan itu harus raib di curi temannya. Sito berusaha bangkit dan ingin kembali. Kerumunan warga yang tadi ramai mengejar terlihat menghampiri Sito. Siapa gerangan pencurinya mereka tidak ketahui. Sito justru menjadi korban keberingasan mereka.
"Sini kotak amalnya". Salah satu warga merebut kotak yang dipegangnya sembari menendang Sito hingga terjatuh.
"Kosong!" Warga geram menatap Sito, "kamu pencuri ya?" Matanya melotot tajam.
"Buuu..bu…." Sito berusaha menjawab.
"Bakar aja bakar." Teriak warga lainnya yang mengerumuni.
"Bu…bu…kan… aku…" Sito mencicit, tubuhnya gemetar.
Orang-orang sudah terasa tidak sabar ingin segera menghajarnya. Tubuh ringkihnya mengkerut ketakutakan. Tersengal berusaha menjelaskan kejadian yang terjadi barusan. Namun semua terasa sia-sia. Warga nampak makin beringas datang. Dengan sekejap kotak amal itu menghantam kepalanya.
Sito sekarat seketika, kemudian tidak lama ia meninggal.
Dari tempat lain Wondo nampak berbahagia dengan uang yang di pegangnya saat ini. Ia telah melakukan kesalahan besar berupa pengkhianatan terhadap temannya. Namun Wondo tidak berpikir panjang. Dengan uang yang ada saat ini ia bisa melakukan pembalasan atas kekalahannya tadi malam. Ia tidak memikirkan nasib sahabatnya setelah apa yang barusan dilakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H