Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbunuh Karena Sahabat

4 Oktober 2016   11:16 Diperbarui: 4 Oktober 2016   13:27 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Won gue bersihin masjid dulu ya". Sito bangkit berdiri dan meninggalkan Wondo.

Wondo berdiam diri bersandar pada tembok dinding tembok. Ia masih memikirkan kekalahannya tadi malam dan berniat untuk membalaskan dendamnya. Namun saat ini tidak memiliki uang, bahkan siang tadi usaha mencopetnya tidak berhasil.

Dari jauh halaman masjid terlihat sebuah kotak amal. Matanya tertuju dan terus memperhatikannya. Pikirannya sudah tidak karuan. Tidak ada lagi pertimbangan apapun Wondo bangkit dan menghampiri kotak amal tersebut.

Melihat situasi keadaan aman ia bergegas membawa kotak amal tersebut. Kotak amal yang besar cukup sulit untuk disembunyikan bahkan dari balik baju yang dikenakannya. Dengan tenangnya ia berdiri dan berjalan tanpa mempertimbangkan keadaan yang terjadi di sekitar. Ia mulai berjalan keluar halaman masjid. Dari dalam masjid Sito melihat Wondo keluar dengan membawa kotak. Ia menaruh curiga dengan apa yang dibawanya.

"Wondo jangan…" Sito berseru dan langsung keluar masjid berusaha untuk mengejarnya dan mulai mendekat.

Melihat keadaan mencekam ia lari dengan cepatnya. Teriakkan Sito mengundang perhatian jemaah juga para warga di sekitar. Sito semakin dekat mengejar Wondo hingga akhirnya ia mampu menghentikan langkahnya.

"Berikan kotak amal itu Won". Napasnya terengah, "aku yang nanti disalahkan."

"Tidak aku ingin membalas dendam judiku." Jawab Wondo geram.

Sito langsung meraih kotak yang dipegang Wondo, tarik ulur terjadi. Namun apa daya usaha Sito untuk mendapatkan kotak itu musnah. Wondo yang berperawakan besar mudah sekali untuk mendorongnya hingga Sito terjungkal. Wondo langsung membuka kotak amal tersebut, pundi-pundi uang di dalamnya diambil semua. Kemudian kotak amal itu diberikan kembali kepada Wondo.

"Maaf teman." Wondo langsung berlari meninggalkan Sito.

"Jangan Won." Suaranya sendu, air matanya mulai menetes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun