"Tunggu ya putri aku harus membantu temanku." Ujar Jibon dengan lembut.
Namun sang putri tidak menjawab. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya lemas sekali. Jari-jemarinya berkeriput, ia terasa lelah setelah berhujanan dan berlarian kesana kemari. Namun ketika menengok kembali terlihat Coker semakin terpojok oleh serangan yang dilancarkan oleh para prajurit.
Tidak ada pilihan ia harus memilih menyelamatkan putri atau seorang sahabatnya. Dengan segala pertimbangan ia memilih membawa putrid keluar. Dengan cepat gerbang kerajaan ia buka dengan kunci yang diberikan oleh Coker. Jibon menggendong putrid keluar dari komplek istana, ia membawa pergi jauh sang putri dan berusaha mengistirahatkannya sejenak.
*
Keesokan harinya sang putri bangun dari tidurnya, wajahnya nampak cerah dan berseri. Jibon merasa senang melihat keadaannya yang semakin membaik.
"Apakah kamu sudah baik sekarang?" Jibon bertanya lembut.
"Syukurlah, badanku sudah semakin terasa enak." Sang putrid menjawab halus.
Jibon pun langsung memeluk sang putri dengan mesranya.
Pada hari itu juga tersiar kabar yang sangat mengejutkan. Coker yang tidak lain adalah temannya akan dihukum pancung dengan tuduhan menyelamatkan penjahat yang menculik putrinya. Mendengar kabar tersebut Jibon langsung jatuh dan terlemas. Ia menyesali tidak bisa berbuat banyak untuk sahabatnya, padahal sahabatnya sudah membantunya untuk menculik sang permaisuri.
"Jangan sedih bon." Putri berseru halus sembari membelai kening Jibon.
"Ia adalah sahabat setiaku, bahkan rela mati demi kebahagiaanku." Jibon terisak.