Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengorbanan Sahabat

30 September 2016   17:59 Diperbarui: 30 September 2016   23:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan mulai deras mengguyur komplek istana. Kilat mnyileut indah di angkasa. Petir tidak henti-hentinya menyambar dahsyat.

Jibon dan Coker perlahan bergerak cepat dari semak-semak. Ini merupakan kesempatan yang paling tepat. Cuaca ini merupakan momen yang pas untuk mengecoh para prajurit kerajaan. Kecermatan mereka tentu akan berkurang.

Sampai akhirnya dia sudah berada dari balik jendela kamar tidur sang putri. Jibon berusaha untuk mengetuk jendela luarnya. Sedangkan coker mencoba mengamati keadaan.

"Ssutttt." Jibon berusaha memanggil.

Sang putri terkaget dan mencari tau dari mana asalnya. Ketika melihat kebawah ternyata seorang Jibon datang. Ia bersembunyi di balik semak belukar luar ruangan kamar sang putri. Putripun merasa bahagia dan ingin segera menghampirinya.

Perlahan ia melompat dari jendela dan langsung menemui Jibon. "Aku menunggumu sedari tadi." Sang putri berkata datar membuka kata.

"Maafkan, aku sulit mencari celah untuk bisa masuk ke dalam istana ini." Jibon meneruskan "penjagaannya ketat sekali."

Ayo cepat lari dari sini, sepertinya ada yang berusaha mengamati gerak-gerik kita. Coker berseru dengan nada tinggi. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam semak belukar dan berusaha keluar dari istana raja.

"Tolong tutup semua akses keluar." Sang raja keluar dari istana dengan amarahnya "Putriku tidak ada di kamarnya."

"Baik baginda." Seluruh tentara penjaga langsung menutup seluruh akses jalan keluar dan mencari keberadaan sang putri.

Mereka bertiga langsung berusaha terus bersembunyi dan menyelinap. Rinai hujan mulai berhenti menetes. Langit seketika terang. Bintang gemintang bersinar indah di angkasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun