Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Doa Ibu

9 September 2016   21:10 Diperbarui: 9 September 2016   22:14 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ricky diam sembari menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu nak? Oh mari silahkan duduk dulu." Sang ibu menyuruh Ricky masuk dan duduk di kursi. Ibunya berseberangan duduk dengannya. Namun Ricky masih menunduk diam tanpa ada gerak-gerik untuk bersuara.

"Kenapa kamu diam nak? Apakah ada masalah?" Ibunya bertanya halus.

Ibu ijinkan aku bertanya padamu." Ricky membalas pelan sembari mengangkat kepala dan menatap ibunya.

"Silahkan nak". Ibunya menjawab lirih.

“Apakah engkau selalu mengucap doa untukku? Apa saja doamu yang terselip dalam sujudmu wahai ibu? Aku tak tahu apa saja gerangan itu. Sesekali aku merasakan wahai ibu, betapa seluruh energimu masuk ke dalam jiwaku, aku jadi semakin kuat, sabar dan tabah akan segalanya.” Suara Ricky semakin sendu, kemudian meneruskan. “Namun ketahuilah ibu, aku sulit mendapat pekerjaan baik saat ini. Hingga suatu ketika akhirnya aku ditawari sebuah pekerjaan. Ketika aku masuk ternyata ini pekerjaan buruk dan tak bermoral sekali wahai ibu. Aku tercekik sekali berada di dalamnya. Namun aku sangat beruntung bisa melakukan dan menjalankannya, karena ini adalah pekerjaan yang menjanjikan kehidupan layak hingga masa depan.”

“Mengapa kamu bertanya dan berbicara seperti itu nak?”  Sang ibu terlihat heran atas pertanyaan anaknya yang berlebihan dan panjang.

“Apakah pekerjaan ini keberuntungan untukku?  Apakah ini doa yang selalu kau panjatkan untukku? Aku tahu engkau tidak pernah menyelipkan doa demikian, namun aku sadar bahwasanya ini merupakan sebuah kondisi yang tertekan. Terpojok tanpa ada pilihan. Ibu maafkan anakmu ini bertanya demikian, aku hanya ingin meluruskan sebuah makna dari kata keberuntungan." Aku yakin engkau mengetahui apa maksudku. Semakin sendu suaranya, air matanya semakin membendung

Ricky, suara ibu terdengar sendu. Belum selesai meneruskan Ricky kembali bersuara.

"Aku percaya wahai ibu, bahwa keberuntungan baik itu bukan semata-mata karena doa. Tapi karena balasan akan hukum alam yang ada di semesta raya. Mungkin aku mendapat pekerjaan yang buruk karena adanya balasan akan masa laluku yang kelam. Terimakasih ibu, kiranya ibu sudi menjawab pertanyaanku itu. Karena aku masih belum yakin bahwa yang kudapatkan semua ini karena keberuntungan dan berasal dari doa ibu. Karena ibu tidak pernah mendoakan hal-hal buruk untukku. Seketika air mata Ricky menetes.

"Nak, ibu tidak mengerti apa yang kamu katakan". Suara ibu halus, sembari mengusap air matanya. "Ketahuilah nak, seorang ibu hanya ingin melihat anaknya bahagia. Ibu selalu memanjatkan doa dan kebaikan untuk anak ibu, tidak pernah ibu memanjatkan doa jahat." Suaranya semakin lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun