Mohon tunggu...
Agisthia Lestari
Agisthia Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan

Pembaca yang rakus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reformasi Gereja dan Munculnya Kaum Atesi Baru di Eropa

17 Mei 2019   08:21 Diperbarui: 17 Mei 2019   08:28 3983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di negara itu, nasionalisme termanifestasi dalam berbagai bentuk; di Inggris, hak Paus mengangkat pejabat-pejabat gereja di hapuskan; di Perancis hak-hak Paus menarik pajak dan mengangkat pejabat juga dihilangkan dan hakim-hakim sipil diberikan kewenangan penuh mengatur persoalan keagamaan di wilayah mereka masing-masing bebas campur tangan Paus; di Jerman, semangat nasionalisme termanifestasi dalam bentuk pemberontakan-pemberontakan terhadap pendeta dan penentangan gigih terhadap penjualan surat-surat pengampunan dosa. 

Protes-protes terhadap otoritas Gereja Katolik di lakukan Luther dengan cara menempelkan sembilan puluh lima tesis miliknya yang terkenal di Gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517, setelah itu Luther juga mengirimkan satu salinan tesis tersebut kepada Uskup Agung Mainz dan kemudian salinan-salinan tersebut disebarkan secara luas di wilayah itu. 

Cakupan protes Luther terhadap Gereja menandakan bahwa ia menolak mengakui otoritas Paus dan konsisi Gereja secara umum, dan menekankan bahwa dirinya akan di bimbing oleh kitab suci dan akalnya sendiri. Tidak heran bahwa Gereja merespon itu dengan tidak ramah, setelah serangkaian uji pendapatan di hadapan petinggi Gereja, tulisan tersebut akhirnya  dinyatakan terlarang.

Pada kasus biasanya, keputusan Luther akan membuatnya dibakar hidup-hidup. Namun, pandangannya telah mendapatkan dukungan luas dikalangan masyarakat Jerman dan ada sejumlah pangeran dan petinggi kerajaan diantara mereka. Walau Luther harus bersembunyi selama kira-kira setahun, dukungan terhadapnya di Jerman cukup kuat untuk memungkinkannya terhidar dari hukuman yang serius. 

Dari berbagai sumber, dikatakan bahwa Luther merupakan penulis yang sangat produkif, banyak tulisannya terbukti berpengaruh secara luas, ini lah kenapa ia memiliki dukungan yang luas tidak hanya di kalangan petinggi kerajaan tetapi juga masyarakat umum. 

Martin Luther dan Reformasi Agama

Ahmad Suhelmi sekali lagi menjelaskan dalam Politik Pemikirn Barat bahwa Gerakan Reformasi Protestan merupakan tahap lanjutan dari gerakan Renaisans Italia. Meskipun demikian, terdepat perbedaan ciri fundamental antara keduanya. 

Gerakan Renaisans melahirkan prinsip menikmati hidup, manusia pada pada hakikatnya baik, percaya pada kebaikan dan toleransi sedangkan gerakan Reformasi menekankan prinsip bahwa akhirat dan kehidupan spiritual lebih penting dari kehidupan dunia, manusia pada dasarnya corrupt dan bejat moralnya, percaya pada keimanan dan konformitas. 

Hal yang dijelaskan oleh Suhelmi ini sejalan dengan apa yang ditulis Mcdonal and Cameron dalam Western Political Theory Part II, dimana dalam hidupnya, Luther adalah seorang dengan keimanan yang taat dengan percaya pada dwisifat Yesus dan Trinitas, bahkan Karen Amstrong dalam Sejarah Tuhan (Mizan: 2012) juga mengatkan bahwa Luther adalah seseorang yang sangat percaya sihir dan memandang bahwa kehidupan Kristen adalah peperangan melawan setan. 

Inilah sebabnya, dalam kesembilan puluh lima tesisnya, saya pikir Luther tidak mengutuki apa yang dilakukan Gereja atas penghukuman kepada orang-orang yang dianggap bersekutu dengan setan yang di kenal dengan istilah Inkuisisi Gereja.

Dalam Western Political Theory part II, halaman 227, disebutkan bahwa "in 1505, the year Martin Received an M.A degree at the University of Erfurt, he decided to become a monk. The decision Followed a strange and frightening experience in a thunderstrom when Martin was jolted by a bolt of lightning and vowed to St.Anne-who, irronically and significantly, was his father's patron saint-that he would become a monk." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun