Sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia sepanjang tahun 2023, dengan hampir separuhnya terjadi di lingkungan Pendidikan sebagaimana data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Lebih mengejutkan bahwa menurut data terbaru dari UNICEF, perundungan di Indonesia menjadi isu serius yang memengaruhi kesejahteraan anak.
Sekitar 2 dari 3 anak berusia 13 hingga 17 tahun di Indonesia telah mengalami setidaknya satu bentuk kekerasan dalam hidup mereka. 41% siswa berusia 15 tahun melaporkan pernah mengalami perundungan lebih dari beberapa kali dalam sebulan. Dalam survei yang melibatkan 2.777 anak muda berusia 14 hingga 24 tahun, 45% mengaku telah mengalami perundungan siber.Â
Perundungan di sekolah dapat dianggap sebagai salah satu "dosa pendidikan" karena bertentangan dengan prinsip dasar pendidikan yang seharusnya menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua siswa. Banyak sekali dampak dari Tindakan perundungan yang akhir-akhir ini marak terjadi di lingkungan Pendidikan.Â
Dampak Negatif pada Kesehatan Mental: Perundungan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada korban. Menurut UNICEF, anak yang mengalami perundungan cenderung memiliki masalah kesehatan mental yang berkelanjutan, yang dapat mengganggu proses pembelajaran mereka.Â
Menghambat Pembelajaran: Lingkungan sekolah yang penuh dengan kekerasan dan intimidasi mengganggu konsentrasi siswa dan mengurangi partisipasi mereka dalam kegiatan akademik. Hal ini dapat berdampak langsung pada prestasi akademik dan motivasi belajar siswa
Membentuk Budaya Kekerasan
Jika perundungan tidak ditangani dengan serius, hal itu dapat menciptakan budaya kekerasan di sekolah, di mana siswa merasa bahwa tindakan agresif dianggap biasa. Ini dapat memperpanjang siklus kekerasan di masyarakat. Â Dari banyaknya penyebab dorongan siswa untuk melakukan tindakan perundungan, ada dua hal yang paling mencolok yaitu peran serta ketidakamanan diri dan peran serta media teknologi.Â
Ketidakamanan DiriÂ
Siswa yang merasa tidak aman atau memiliki masalah kepercayaan diri sering kali terlibat dalam perundungan untuk mengalihkan perhatian dari ketidakamanan mereka sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa dengan menindas orang lain, mereka dapat mendapatkan rasa kekuatan atau kontrol. Teman sebaya sering sekali dijadikan sebagai objek untuk pengalihan rasa tidak aman dan percaya dirinya untuk mendapatkan rasa percaya diri dari sumber yang keliru, yaitu dari tindak perundungan temannya.Â
Media dan TeknologiÂ