Ini adalah Langkah paling dekat dan sederhana yang bisa dilakukan seorang guru untuk mengambil peran dalam mencegah Tindakan perundungan. Banyak persoalan siswa yang berujung pada Guru Bimbingan Konseling (BK), padahal tidak jarang siswa merasa takut dan malu jika sudah masuk ke ruangan BK. Mereka merasa bersalah dan tersorot sebagai siswa yang bermasalah.Â
Seyogoanya semua guru wajib mampu untuk membantu siswa dalam memecahkan kendala-kendala yang dihadapinya. Tidak serta merta melimpahkan semua kendala tersebut kepada satu sosok guru saja. Kita bisa menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan siswa dan mendengar bagaimana mereka menjalani hari-harinya. Lewat diskusi dan percakapan ini, kita akan mendapati hal-hal yang tidak kita sadari sebelumnya karena kita hanya fokusi pada proses penyampaian materi saja.Â
Dengan memberikan siswa kesempatan untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka, guru dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan siswa. Keterbukaan ini memungkinkan siswa merasa lebih aman untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi, termasuk bullying. Menurut penelitian, hubungan yang positif antara siswa dan guru dapat mengurangi insiden bullying.Â
Siswa sering kali enggan melaporkan bullying karena takut akan konsekuensi atau merasa tidak didengar. Dengan menyediakan ruang untuk bercerita, guru dapat lebih mudah mendeteksi tanda-tanda bullying atau perilaku menyimpang lainnya sebelum situasi menjadi lebih parah. Hal ini memungkinkan tindakan pencegahan yang lebih cepat dan tepat sasaran.Â
Melalui tahap ini, mereka merasa dihargai dan memiliki suara. Ini dapat memberdayakan mereka untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan bahkan nantinya mampu untuk berperan sama untuk mendengar masalah dari teman-teman mereka. Memberdayakan siswa dalam hal ini dapat menciptakan budaya anti-bullying yang lebih kuat di sekolah.Â
Dengan semua aspek penting yang telah dibahas, sudah saatnya sekolah kembali menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa. Lingkungan belajar yang positif dan mendukung tidak hanya akan meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, tetapi juga mendukung kesehatan mental dan perkembangan sosial mereka. Dalam upaya menciptakan suasana yang menyenangkan, penting bagi semua pihak---guru, orang tua, dan siswa---untuk berkolaborasi dalam merancang kegiatan yang menarik dan inklusif.Â
Dengan mengedepankan pendekatan yang holistic dan humanis, kita dapat memastikan bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk belajar, tetapi juga sebagai ruang untuk tumbuh, bersosialisasi, dan menemukan kebahagiaan dalam proses belajar. Dengan demikian, kita tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga pengalaman yang membentuk karakter dan kebahagiaan mereka dalam perjalanan pendidikan.Â
Berada pada kondisi dimana kita melihat siswa antusias untuk berangkat ke sekolah dan merasa aman, nyaman, dan Bahagia dalam melalui aktivitas pembelajaran adalah alasan seyogianya sekolah tetap berfungsi dan memberi dampak positif pada lingkungan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H