Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Trump Menang Pilpres AS, Perang Dagang AS - Tiongkok Memanas Lagi?

7 November 2024   05:38 Diperbarui: 7 November 2024   12:32 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik perang dagang antara AS dan Tiongkok akankah kembali terjadi di bawah kepemimpinan Trump | Ilustrasi gambar: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI via KOMPAS.com

Namun, sayangnya, dampaknya justru menjadi bumerang: Tiongkok merespon dengan tarif balasan yang membuat produk pertanian AS , yakni komoditas utama dari basis pendukung Trump , menjadi lebih sulit dijual di luar negeri.

Apakah Trump peduli? Tentu, di mata Trump, kemenangan politik lebih bernilai. Seperti yang pernah dikatakannya, "Winning isn't everything, it's the only thing." yang kurang lebih berarti bahwa hasil akhir, bukan proses, adalah yang utama baginya.

Meski hal ini memicu kontroversi, tidak bisa dipungkiri bahwa pendekatan Trump inilah yang membuatnya berhasil kembali ke Gedung Putih.

Tiongkok dan "Serangan" Balasan : Konflik yang Berkelanjutan

Bagi Tiongkok, langkah-langkah Trump dianggap sebagai bentuk provokasi yang secara langsung merusak ekonomi mereka. Jika di tahun-tahun sebelumnya, Tiongkok terpaksa harus menerapkan tarif balasan yang menyakitkan, kali ini mereka mungkin lebih siap menghadapi strategi yang akan datang dari Trump.

Ketidakpatuhan Tiongkok terhadap beberapa prinsip WTO, seperti proteksi hak kekayaan intelektual dan akses pasar, sering menjadi alasan AS untuk menekan ekonomi Tiongkok. Hal ini semakin memanaskan konflik dagang yang dapat menyeret ekonomi global ke dalam ketidakpastian yang lebih dalam.

Analisis dari National Bureau of Economic Research (NBER) menunjukkan bahwa ketegangan ini tidak hanya melemahkan WTO sebagai lembaga perdagangan internasional, namun juga mendorong negara-negara lain untuk mengambil langkah proteksi lebih ketat.

Bagi dunia, konflik ini menghadirkan tantangan besar: bagaimana mungkin satu lembaga internasional bisa menengahi dua kekuatan yang tidak menginginkan jalan damai? Atau lebih tepatnya, yang tidak ingin "kalah" dalam persaingan ekonomi global.

Potensi Dampak Jangka Panjang bagi Ekonomi Global

Tentu saja, dampak dari perang dagang ini bukanlah perkara sepele. Kemenangan Trump dapat menciptakan ketegangan lebih lanjut dalam ekonomi global, memicu kebijakan-kebijakan proteksi yang bahkan mungkin berdampak buruk pada negara-negara berkembang.

Bagi para pemimpin dunia, baik di AS maupun Tiongkok, pilihan sulit menanti: mengutamakan ekonomi atau menyelamatkan wajah politik?

Kata-kata dari ekonom terkenal John Kenneth Galbraith mungkin menjadi pengingat: "Politics is not the art of the possible. It consists in choosing between the disastrous and the unpalatable." Seringkali politik mengharuskan pilihan yang serba sulit. Hal ini mungkin sesuai dengan pilihan Trump dalam menjaga "kedaulatan ekonomi" AS.

Namun, dalam konteks global, efek dari ketegangan dagang ini bisa terasa bagi miliaran orang di berbagai belahan dunia. Termasuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun