Â
AI mungkin bisa memproyeksikan tren pasar, tapi instinglah yang memutuskan kapan harus bertindak. Ini seperti teman yang memberi saran bagus saat main game strategi, tapi kamu yang harus menekan tombolnya.
#4. Saat Krisis, Siapa yang Lebih Unggul?
Dalam situasi krisis, sering kali pasar tidak bergerak secara logis. Itulah kenapa AI, meskipun pintar, bisa gagal memahami perilaku konsumen yang dipengaruhi ketakutan atau panik. Di sinilah insting bisnis sering kali menjadi kunci. Insting dapat membaca "vibe" pasar, merespon dengan cepat tanpa harus menganalisis data yang rumit.
Namun, AI tetap bisa diandalkan. Dengan kekuatan data historis, AI mampu memberikan wawasan tentang pola krisis yang pernah terjadi sebelumnya. AI tidak panik. Ini adalah salah satu keunggulan terbesarnya.
Â
AI mungkin tidak panik, tapi insting bisnismu bisa saja berbisik, "Tarik semua investasi sekarang!" saat pasar anjlok lima poin.
#5. AI atau Insting, Siapa yang Lebih Akurat?
Jika harus memilih, manakah yang lebih akurat? Jawabannya: tergantung situasi. AI unggul dalam analisis data secara cepat dan tepat, namun insting manusia memiliki kelebihan dalam memahami konteks yang lebih kompleks, seperti emosi dan tren yang tidak terukur secara kuantitatif.
Di masa krisis, kolaborasi antara keduanya adalah kunci sukses. AI bisa menjadi asisten andal untuk memproses informasi, sementara insting bisnis memberi intuisi kapan harus bertindak. Jadi, tidak perlu memilih satu; manfaatkan keduanya untuk memenangkan pasar.
Â
***
Baik AI maupun insting bisnis mempunyai kekuatannya masing-masing, dan kolaborasi keduanya justru menghasilkan keputusan yang lebih optimal. Jadi, ketika krisis melanda dan pasar menjadi tidak terduga, andalkan kecerdasan AI untuk memberi insight, namun percayalah juga pada naluri bisnis yang telah terbentuk dari pengalaman bertahun-tahun. Inilah cara modern untuk bertahan, bukan hanya mengandalkan satu pihak, melainkan sinergi keduanya.