Â
3. Menciptakan Standar yang Tidak Realistis
Seolah-olah hidup di media sosial tidak cukup menekan, kita dituntut untuk berpikir positif setiap saat. Dengan setiap postingan indah yang kita lihat, kita mulai merasa bahwa kita harus hidup dalam standar yang sama. Hal ini tentu saja menciptakan tekanan yang tidak realistis.
Tidak ada salahnya untuk tidak baik-baik saja. Justru, menerima ketidaknyamanan bisa jadi langkah awal untuk menyembuhkan diri. Mari kita berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain dan mulai menerima bahwa hidup itu penuh warna---termasuk warna gelapnya.
Â
4. Menghambat Pertumbuhan Emosional
Pernahkah kamu merasa stagnan dalam hidup? Mungkin saja itu disebabkan oleh penolakan kita untuk menghadapi emosi negatif. Ketika kita terus-menerus mencoba untuk berpikir positif, kita sering kali melewatkan kesempatan untuk belajar dari pengalaman buruk kita.
Setiap kali kita merasakan emosi negatif, kita memiliki kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Dengan menghadapi dan memproses perasaan tersebut, kita dapat mengembangkan ketahanan yang lebih baik dan memahami diri kita dengan lebih mendalam.
Â
5. Mendorong Stigma terhadap Kesehatan Mental
Sayangnya, toxic positivity juga mendorong stigma terhadap mereka yang mengalami masalah kesehatan mental. Ketika kita terlalu mendorong untuk berpikir positif, kita justru meremehkan masalah serius yang dihadapi oleh banyak orang.
Kita perlu mulai membuka diskusi tentang kesehatan mental dengan cara yang lebih realistis. Mari kita dorong diri kita dan orang-orang di sekitar kita untuk berbagi tanpa rasa takut akan penilaian. Hanya dengan cara ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi semua orang.
Â
*****