Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengubah Sisa Jadi Berkah: Peran Perempuan dan Energi Surya dalam Transisi Energi Adil untuk Semua

13 Juni 2024   11:52 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:56 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kriuk yang dibuat dari gorengan otak-otak sisa | Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Sudah hampir enam tahun terakhir ini saya dan istri menjalankan usaha sampingan berjualan 'gorengan'. Beberapa jenis makanan goreng seperti pisang goreng , martabak tahu, ubi goreng, sosis goreng, sampai dengan otak-otak goreng telah menjadi bagian dari produk yang kami jajakan.

Pada dua sampai tiga tahun pertama menjalankan usaha tersebut, martabak tahu merupakan produk yang paling laris. Hingga kemudian berangsur-angsur turun dan kurang diminati. Coba-coba produk lain pun kami lakukan. Akan tetapi, daya jual pisang goreng, sosis goreng, sampai ubi goreng masih kalah jauh dibandingkan 'masa kejayaan' martabak tahu.

Baru sekitar satu terakhir ini, penjualan otak-otak goreng istri saya mulai menanjak. Sehingga porsi jualan produk ini pun perlahan kami tambah. Namun, yang namanya jualan tentu ada kalanya naik dan turun. Ada hari-hari tertentu ketika otak-otak goreng kami habis terjual, namun pada hari yang lainnya masih banyak tersisa.

Istri saya biasanya membagi-bagikan gorengan tersisa tersebut kepada beberapa teman kerjanya. Atau kadang-kadang kami berikan juga ke tetangga.

Sekali dua kali mungkin itu hal yang biasa. Akan tetapi, jika terus-terusan kami merasa aneh juga. Selain khawatir dengan omongan orang-orang, dari sudut pandang bisnis hal itu tentu bukanlah sesuatu yang menguntungkan juga bagi kami.


Bahkan kami sempat beberapa kali membuang gorengan sisa jualan itu karena kelupaan tersimpan lama di jok motor saat hendak dibawa pulang ke rumah.

Membusuk. Menjadi sampah. Terbuang percuma.

Kondisi tersebut terjadi berulang kali. Sampai suatu ketika ibu saya datang berkunjung dari kampung dan melihat keadaan dari gorengan jualan kami yang tersisa itu. Beliau pun menyayangkan sekali tatkala melihat ada sejumlah otak-otak goreng sisa jualan kami mangkrak begitu saja.

Puncaknya, suatu hari ketika saya dan istri pulang kerja dan membawa gorengan otak-otak sisa, kami terkejut melihat deretan seperti kerupuk mentah yang diiris tipis-tipis sedang terjemur di depan rumah.

Awalnya saya sendiri bertanya-tanya apa gerangan benda tersebut. Begitupun dengan istri saya. Tetapi, setelah mencium baunya, saya dan istri pun ngeh bahwa ini adalah aroma dari otak-otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun