Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pasca Terkena PHK, Hilangkah Privilese Makhluk Pekerja?

20 Februari 2023   15:39 Diperbarui: 21 Februari 2023   07:16 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah Terkena PHK banyak orang kehilangan arah karena gagal memahami privilese pekerjaannya sendiri| Ilustrasi gambar: iStockphoto via Kompas.com

Manusia adalah makhluk pekerja (homo faber), demikian dinyatakan oleh Karl Marx, seorang filsuf yang terkenal dengan ajaran Marxisme-nya. Namun, seiring maraknya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belakangan ini, mungkinkah privilese (keistimewaan) tersebut ikut terhempas dari dalam diri seseorang setelah terkena PHK?

Untuk menjawab hal itu penting bagi kita menengok kembali perihal esensi dari kehidupan, yakni apakah "Bekerja untuk Hidup" atau "Hidup untuk Bekerja". Mana yang paling tepat menurutmu?

Bekerja bukanlah sekadar profesi pendulang uang belaka karena sebenarnya ada dimensi lain yang bisa kita petik darinya, seperti menghasilkan karya, memberi solusi penyelesaian masalah, dan suatu pengabdian yang bernilai ibadah.

4 Dimensi Bekerja

Bekerja memiliki empat dimensi pemaknaan, yang sekaligus merupakan privilese tersendiri manakala kita memahami esensinya.

#1. Profesi Pendulang Uang

Ini merupakan dimensi yang paling umum dipahami oleh sebagian besar orang, bahwasanya bekerja adalah sebuah upaya untuk mengais pundi-pundi rupiah.

Khususnya dalam konteks menjadi anak buah yang digaji atas suatu pekerjaan yang dijalani di sebuah lembaga, korporasi, atau perusahaan tertentu.

Bekerja itu tentang bagaimana mencari uang. Apakah hal itu yang ada di benakmu? Tidak salah memang. Tetapi, itu bukanlah satu-satunya.

Setelah terkena PHK mungkin kamu menganggap bahwa hal itu sebagai akhir dari perjalananmu dalam bekerja. Padahal yang sebenarnya terhenti hanyalah kemampuanmu untuk mendulang uang dari satu jenis profesi saja.

#2. Penghasil Karya

Bekerja adalah menghasilkan suatu karya. Tentu ini berlaku bagi orang-orang yang merasa bahwa pekerjaannya lebih dari sekadar aktivitas mendapatkan penghasilan di akhir bulan.

Setiap waktu yang kamu jalani dalam bekerja adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan sesuatu. Menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh orang lain.

Thomas Alfa Edison mengkreasi lampu bohlam. Demikian halnya Isaac Newton yang mempopulerkan gravitasi, Bill Gates yang menyebarluaskan komputer, atau Steve Jobs yang merevolusi smartphone. Lantas bagaimana denganmu?

Karya-karya adalah sebuah penanda dari kisah perjalanan hidup seseorang yang membuatnya dikenang sepanjang zaman. Memberi sumbangsih terhadap peradaban baru pada masanya dan era-era sesudahnya.

Inilah sarana aktualisasi diri yang sebenarnya.

Gelombang PHK tidak akan mengusik makna bekerja dalam dimensi ini. Justru hal itu akan menjadi titik balik yang memungkinkan hal-hal besar lahir darinya.

#3. Solusi Masalah

"Jangan menawarkan produk kepada calon pembeli, tapi sampaikanlah solusi kepada mereka." Kalimat ini mungkin pernah kamu dengar dari para praktisi pemasaran. Mereka mengartikan produk sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah konsumen.

Pada umumnya, seseorang yang bekerja di suatu tempat adalah untuk menjadi bagian dari supporting system pembuatan sebuah produk. Apapun rupa dan bentuknya.

Dalam hal inilah kita memaknai suatu pekerjaan sebagai bagian dari pemberi solusi atas suatu masalah. Sekaligus inilah yang perlu dipahami bahwa bekerja memiliki makna yang jauh lebih mendalam ketimbang urusan mencari gaji profesi saja.

Semangat solusi tidak akan lekang meskipun seseorang sudah tidak lagi menjalankan peranan stuktural dalam profesinya. Karena solusi bisa diberikan untuk segala jenis permasalahan.

Misalkan kamu adalah mantan pekerja administrasi yang bisa saja memberi solusi untuk urusan pengelolaan taman kota hanya berdasarkan pada pengalaman pribadimu atau gagasan yang kamu pikirkan sendiri sebelumnya.

#4. Pengabdian Bernilai Ibadah

Bekerja itu ibadah. Tentu kamu sudah akrab dengan pernyataan tersebut. Inilah yang membuat bekerja memiliki nilai lebih.

Biarpun gajinya tidak seberapa untuk suatu jenis pekerjaan, tetapi mungkin manfaat dari sisi ibadah ternyata jauh lebih besar ketimbang pekerjaan lain yang secara nominal penghasilan lebih mewah.

Ibadah bisa dilakukan dengan cara apa saja. Tidak terpaku untuk satu jenis profesi tertentu. Sehingga seharusnya kamu tidak lagi banyak pilih-pilih pekerjaan.

Dan ini merupakan sisi keadilan bahwasanya yang kehilangan pekerjaan pun tetap memiliki kesempatan untuk melakukannya juga. Tetap beribadah dalam kadar kemampuan yang kamu miliki.

Ruang Kesempatan

Tahun 2010 lalu merupakan kali pertama saya belajar menulis. Coba-coba membuat tulisan untuk dikirimkan ke media massa. Kebetulan kontrakan yang saya tinggali berlanggakan koran dan koran tersebut memberikan kesempatan pada pembaca untuk berpartisipasi di dalamnya.

Tulisan pertama saya berhasil dimuat di salah satu media cetak terkenal di Kota Surabaya. Hanya sepanjang 250 kata. Meskipun begitu, saat pertama kali membuat tulisan tersebut rasanya otak seperti diperas.

Tetapi, setelah sekian waktu berlalu saya merasa beruntung telah memulai aktivitas menulis sejak lama. Biarpun profesi saya berlatar engineer di perusahaan manufaktur, ternyata bekal kemampuan menulis yang saya punya sangat berguna dalam banyak hal.

Saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan darinya. Bisa juga berbagi inspirasi kepada orang lain melalui tulisan.

Saya juga melihat bahwa inilah yang akan menjadi profesi selanjutnya. Profesi jangka panjang untuk menjalani empat dimensi pekerjaan.

Ruang kesempatan profesi akan senantiasa terbuka lebar manakala kamu mampu melihat semua dimensi pada pekerjaan. Memandangnya lebih dari sekadar profesi pendulang uang, melainkan juga dari sisi lain yang bisa mendukung kita untuk berkarya, bermanfaat, sekaligus bernilai ibadah.

Saya beberapa kali mengurai aktivitas pekerjaan dalam beberapa baris tulisan di media internet.

Tujuannya selain untuk berbagi kepada orang lain dengan ranah keilmuan yang sama juga untuk memberikan alternatif solusi kepada mereka yang menjalankan sebuah bisnis dan memerlukan landasan pengetahuan untuk melangkah.

Sehingga menjadi begitu penting untuk mencintai apa yang kita jalani, khususnya pekerjaan saat ini. Sehingga saripati profesi bisa kita serap dan menjadi bekal berharga dalam kegiatan yang lainnya.

Terlepas nanti kamu ternyata harus melepaskan peran jabatan itu karena PHK atau karena sebab yang lain, kamu sudah bisa mengeksplorasi apa yang kamu punya untuk hal-hal yang lainnya.

Kamu harus menghasilkan karya dari pekerjaanmu. Maka PHK hanyalah persoalan garis batas yang memisahkan dirimu sekarang dengan kamu yang bermasa depan lebih baik.

Identitas karyamu akan membuatmu dikenal dan tidak terkungkung kekhawatiran manakala gelombang PHK datang kapan saja. Justru PHK akan menjadi saat di mana kamu bertransformasi menjadi seseorang yang lebih maju dari sebelumnya.

Setelah terkena PHK privilese kita sebagai manusia tidak akan lekang, asalkan kita memiliki pemahaman dan kemauan untuk mengeksplorasi wawasan dan mengembangkannya untuk hal-hal lain yang bernilai tambah.

Semoga bermanfaat. Silakan bagikan artikel ini pada teman dan kerabatmu.

Salam hangat.

Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun