Saat berbicara mengenai fenomena buta huruf yang masih saja terjadi di Nusantara (bukan ibukota negara ya) ini mungkin ada banyak sebab yang mengakibatkan hal itu terjadi. Mulai dari akses pendidikan, situasi kemiskinan, kondisi infrastruktur, dan sebagainya.
Tapi anehnya (atau mungkin tidak), persoalan buta huruf ini tak kunjung tuntas meskipun Indonesia bolak-balik ganti presiden dan bahkan telah menatap dirgahayunya yang ke seratus tahun di 2045 mendatang.
Saya pribadi belum terlalu yakin bahwa angka persoalan buta huruf ini akan benar-benar tuntas ketika momen istimewa itu datang. Apalagi jika pendekatan model lama masih terus dianut tanpa didukung analisis memadai.
Kalaupun berhasil mungkin butuh waktu lama untuk menuntaskan persoalan buta huruf itu. Bisa-bisa ketika masa tersebut datang mungkin kita telah tertinggal 50 tahun di belakang negara-negara yang lain.
Kita terfokus untuk menuntaskan kemiskinan terlebih dahulu dengan harapan masyarakat bisa fokus belajar. Demikian halnya dengan program-program yang menyasar infrastruktur, akses pendidikan, dan lain sebagainya.
Akibatnya, ketika program-program itu mengalami kendala maka status buta huruf masyarakat terlihat tidak mengalami perbaikan.
"Jika kamu ingin membuat kapal, jangan mengerahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bersama-sama, jangan pula memberi mereka tugas dan pekerjaan, tapi ajarilah mereka untuk merindukan lautan tanpa batas." Antoine de Saint-Exupery
Upaya mencerdaskan masyarakat yang buta huruf perlu dilakukan lebih dari upaya "normatif" semacam itu.
Bagaimanapun juga, program-program untuk mengentaskan kemiskinan, memperbaiki infrastruktur pendidikan, ataupun program-program sejenis lainnya tak lebih dari upaya eksternal untuk meningkatkan kapasitas baca seseorang.
Padahal ada aspek lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Yakni minat untuk belajar membaca dan hasrat untuk bisa. Sangat mungkin dari 10 juta orang yang diperkirakan buta huruf di Indonesia ternyata ada sebagian diantaranya yang tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Alias masih bertahan menjalani "kebutaan" yang mereka miliki dengan berbagai alasan.