Belum waktunya untuk memberikan tekanan kepada si kecil. Terlebih menuntut mereka untuk menjadi yang terunggul di kelas. Mendapatkan nilai akademis yang mengungguli teman-teman sebayanya demi sekadar kebanggaan Anda sebagai orang tua.
Padahal tindakan itu menghadirkan konsekuensi yang mungkin saja buruk bagi perkembangan psikologis mereka.
Saya memandang bahwa masa sekolah TK adalah periode untuk bermain dan belajar bersosialisasi juga komunikasi. Kemampuan formal menguasai mata pelajaran sekolah memang penting, tapi itu bukanlah segalanya.
Jangan sampai Anda terjebak dengan ego pribadi yang mendorong untuk menekan anak-anak dan meminta mereka "harus bisa". Bagaimanapun juga mereka butuh waktu, dan ini jelas butuh kesabaran.
Saya yakin anak-anak itu pasti akan bisa pada waktunya. Mereka sedang berproses untuk itu. Tugas Anda sebagai orang tua adalah memastikan situasi berlangsung kondusif sehingga anak-anak dapat mencapai hasil yang terbaik.
Permasalahannya, seringkali kita sebagai orang tua merasa iri dan "panas" manakala mendapati kata-kata dari teman sesama orang tua yang mengatakan, "Anakku sudah bisa baca A, B, C, D lho.. Sudah sedikit-sedikit bisa mengeja bacaan lagi.."
Nah, Anda yang barangkali memiliki anak dengan kemampuan belum mencapai tahap itu lantas merasa perlu memberikan dorongan ekstra. Meningkatkan tensi belajar anak hingga menciptakan situasi penuh tekanan. Melarang main ini itu sampai si kecil berhasil melakukan apa yang Anda mau.
Padahal, pola belajar anak TK seperti ini rentan melahirkan tekanan yang merugikan. Secara tidak langsung kita bukannya mendorong mereka ke jalan yang benar, malah sebaliknya.
Sebagai sesama orang tua, saya berharap kita bisa lebih berpikir panjang dalam mengatur pola belajar anak-anak sehingga hal itu tidak sampai mengacaukan masa-masa indah mereka sebagai anak-anak.
Salam hangat.
Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang