Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

5 Cara Mengatur Pola Belajar Anak TK agar Sesuai Periode Usia

30 Januari 2023   14:55 Diperbarui: 31 Januari 2023   00:06 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola belajar anak TK (Sumber: Shutterstock)

Dua atau tiga tahun lalu ketika banyak orang tua menggerutu mata pelajaran sekolah anak-anaknya terlalu melampaui usianya, saya termasuk orang yang tidak terlalu percaya akan hal itu. Saat itu, saya beranggapan bahwa para orang tua terlalu berlebihan dan khawatir terhadap situasi pendidikan buah hatinya saja.

Namun, setahun belakangan saya merasakan sendiri bahwa yang diutarakan oleh para orang tua tersebut memang benar adanya.

Suatu ketika saat menemani anak saya mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dari gurunya di Taman Kanak-kanak (TK), saya melihat sesuatu yang berbeda dibandingkan masa kecil saya dulu. Bahkan rasanya jauh sekali perbedaannya.

"Perasaan zaman saya masih TK dulu, gak gini-gini amat deh. Sekarang, bocah TK nol kecil seumuran 5 tahun saja sudah diberikan soal-soal seperti anak-anak kelas 1 atau 2 SD." Pekur saya dalam hati.

Jikalau orang tua dari para bocah TK ini kedua-duanya sibuk bekerja, saya membayangkan betapa susahnya bagi anak-anak itu untuk belajar dan mengasah dirinya. Mereka pasti membutuhkan pengarahan melebihi zaman kita. Sehingga keberadaan orang tua merupakan faktor yang sangat krusial. Khususnya untuk menopang pola belajar anak TK.

Di sisi lain, kesibukan bekerja para orang tua biasanya mereduksi minat mereka untuk menjadi teman belajar bagi putra-putrinya. Perasaan lelah, bad mood, betek, jenuh, dan lain sebagainya, mungkin menghadang. Sementara peran ini tetaplah harus dijalankan.

Oleh karena itu, lima kiat belajar berikut barangkali bisa Anda lakukan untuk membantu proses belajar si buah hati di rumah.

1. Atur Waktu Rutin Belajar Bersama Anak

Sesibuk apapun Anda, tetaplah sempatkan waktu untuk mengajari si buah hati. Saya pribadi menentukan waktu belajar bersama anak setelah Sholat Maghrib.

Selepas sholat berjamaah (sekalian mengenalkan mereka tentang Sholat), biasanya saya mengajari anak mengaji Iqra'. Dilanjutkan belajar mengeja alfabet dan bacaan-bacaan dasar. Setelah itu barulah kemudian mengerjakan PR.

Biasanya saya dan anak langsung melakukan itu semua di tempat kami sholat dan di atas sajadah. Tidak berpindah ke ruangan lain. Selain karena rumah kami memang berukuran mini, hal itu juga saya maksudkan untuk membangun kebiasaan belajar.

Seperti kata penulis buku Atomic Habits, James Clear, kombinasi tempat dan waktu akan mempercepat pembentukan kebiasaan. Faktor kebiasaan akan menjadi penopang utama dalam pola belajar anak TK.

2. Durasi Tidak Perlu Terlalu Lama

Saya menemani anak belajar paling hanya sekitar 30-an menit saja. Itu sudah termasuk belajar mengaji, mengeja alfabet, sampai dengan mengerjakan PR sekolahnya.

Anak seumuran 5 tahun atau selevel TK nol kecil masih berada dalam fase pertumbuhan. Mengekang mereka dengan durasi waktu panjang belajar akan menjauhkannya dari masa-masa bermain yang menjadi haknya.

Belum lagi kekangan waktu tersebut juga akan memantik mental block yang bukannya membuat mereka gampang menangkap pelajaran, justru sebaliknya. Semakin kuat kekangan itu bisa-bisa anak-anak akan merasa tertekan dan ujung-ujungnya menangis.

Sebagian orang tua mungkin bisa bertindak bijak segera mengakhiri "sesi" tersebut. Tapi ada juga yang tidak peduli dan justru "mengadili" anak-anaknya seolah mereka makhluk paling bodoh sedunia.

Pola belajar anak TK perlu dikelola secara tepat agar sesuai dengan periode usianya | Sumber gambar : pixabay.com / stux
Pola belajar anak TK perlu dikelola secara tepat agar sesuai dengan periode usianya | Sumber gambar : pixabay.com / stux

Ingat, anak-anak Anda tetaplah anak kecil yang masih perlu melalui jalan panjang pendidikan dan pembelajaran. 

Pola belajar anak TK yang memantik ketidaknyamanan bagi si kecil semacam ini tentunya akan berdampak kurang baik bagi perkembangan mereka.

3. Hindari "Menggampangkan" Materi Pelajaran Anak TK

Di mata kita sebagai orang tua, mata pelajaran anak-anak TK jelas tidak ada apa-apanya. Cuma merapalkan alfabet saja. Sekadar menghitung deret angka satu sampai sepuluh saja. Sebatas menggambar buah atau logo peraturan lalu lintas saja.

Tapi, tindakan menggampangkan semacam itu jelas salah. Anda sudah hidup cukup lama di dunia ini. Sudah melihat begitu banyak dinamika didalamnya. Sudah melewati beberapa jenjang pendidikan sekolah.

Deretan materi anak-anak TK hanyalah sekelebatan yang sekali pandang sudah bisa Anda taklukkan.

"Sambil merem saja bisa." Mungkin seperti itu isi pikiran Anda saat membuka lembaran buku pelajaran anak-anak TK itu.

Anak-anak Anda yang masih berumur lima tahunan itu masihlah anak kecil yang baru mengenal dunia. Bagi mereka, deretan angka-angka dan huruf-huruf adalah hal baru yang butuh waktu untuk mencerna.

Sewaktu bayi dulu mungkin mereka hanya makan dan minum susu atau paling banter makan bubur sebagai asupan tubuh. Kini, pada periode awal sekolahnya otak mereka tentu juga perlu beradaptasi. Harus diberikan asupan yang ringan dulu.

Apa yang Anda anggap gampang tidak demikian halnya bagi mereka. Kelak, ketika mereka sudah mencapai level usia Anda sekarang barangkali Anda sendirilah yang harus mengakui bahwa mereka ternyata lebih baik dari Anda.

Sadari dan lihatlah mereka dari sudut pandang usia mereka. Jangan menggampangkan materi pelajaran anak-anak itu seolah Anda memang lebih pintar dari mereka.

4. Beri Jeda Waktu Libur

Biasanya jam sekolah anak TK itu dimulai pukul 08.00 sampai dengan 10.00. Disela dengan jam istirahat pada kurun waktu tersebut. Hari aktif masuk sekolah dimulai dari Senin sampai Jumat, dengan Sabtu dan Minggu libur.

Jikalau untuk kegiatan belajar mengajar saja terdapat waktu libur, maka untuk kegiatan belajar di rumah pun seharusnya demikian. Anak-anak juga perlu diberikan jeda waktu untuk melepaskan diri dari rutinitas belajar hariannya di rumah.

Saya biasa memberikan kelonggaran waktu belajar setiap Sabtu malam. Dimana pada hari itu tidak ada kegiatan belajar sama sekali, kecuali untuk menunaikan Sholat Maghrib berjamaah.

Sedangkan di hari Minggu malam, kegiatan belajar hanya mengaji Iqra' dan mengeja alfabet saja. Karena untuk PR dari sekolah biasanya sudah selesai dikerjakan pada hari Jumat malam.

Menurut saya penting untuk memberikan jeda ini agar anak tidak beranggapan bahwa mereka berada dalam kekangan misi orang tua yang berharap anak-anaknya segera menguasai materi pelajaran sekolah.

Justru jeda ini akan memberikan kesegaran pikiran bagi si kecil yang sedang memulai tahapan belajar formalnya. Pola belajar anak TK perlu mengakomodasi periode jeda supaya mengendorkan pikiran anak-anak yang mulai tegang.

5. Jauhkan Anak-anak Dari Tekanan "Harus Bisa"

Belum waktunya untuk memberikan tekanan kepada si kecil. Terlebih menuntut mereka untuk menjadi yang terunggul di kelas. Mendapatkan nilai akademis yang mengungguli teman-teman sebayanya demi sekadar kebanggaan Anda sebagai orang tua.

Padahal tindakan itu menghadirkan konsekuensi yang mungkin saja buruk bagi perkembangan psikologis mereka.

Saya memandang bahwa masa sekolah TK adalah periode untuk bermain dan belajar bersosialisasi juga komunikasi. Kemampuan formal menguasai mata pelajaran sekolah memang penting, tapi itu bukanlah segalanya.

Jangan sampai Anda terjebak dengan ego pribadi yang mendorong untuk menekan anak-anak dan meminta mereka "harus bisa". Bagaimanapun juga mereka butuh waktu, dan ini jelas butuh kesabaran.

Saya yakin anak-anak itu pasti akan bisa pada waktunya. Mereka sedang berproses untuk itu. Tugas Anda sebagai orang tua adalah memastikan situasi berlangsung kondusif sehingga anak-anak dapat mencapai hasil yang terbaik.

Permasalahannya, seringkali kita sebagai orang tua merasa iri dan "panas" manakala mendapati kata-kata dari teman sesama orang tua yang mengatakan, "Anakku sudah bisa baca A, B, C, D lho.. Sudah sedikit-sedikit bisa mengeja bacaan lagi.."

Nah, Anda yang barangkali memiliki anak dengan kemampuan belum mencapai tahap itu lantas merasa perlu memberikan dorongan ekstra. Meningkatkan tensi belajar anak hingga menciptakan situasi penuh tekanan. Melarang main ini itu sampai si kecil berhasil melakukan apa yang Anda mau.

Padahal, pola belajar anak TK seperti ini rentan melahirkan tekanan yang merugikan. Secara tidak langsung kita bukannya mendorong mereka ke jalan yang benar, malah sebaliknya.

Sebagai sesama orang tua, saya berharap kita bisa lebih berpikir panjang dalam mengatur pola belajar anak-anak sehingga hal itu tidak sampai mengacaukan masa-masa indah mereka sebagai anak-anak.

Salam hangat.

Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun