Terlebih transportasi publik yang terdapat di Indonesia masih banyak yang belum memuaskan. Mulai dari kelayakan untuk dikendarai, belum adanya koneksi antar moda, sampai dengan jaminan keamanan bagi para penumpangnya.
Bagi orang-orang yang tinggal di wilayah pinggiran dengan minimnya akses terhadap angkutan umum tentunya tidak ada opsi lain dalam menunjang mobilitas kecuali memiliki kendaraan sendiri. Mungkin ada opsi menggunakan transportasi daring, akan tetapi biasanya muncul pikiran bahwa ongkos sekali jalannya bisa dipakai untuk membeli bensin beberapa liter.
Maka tidak mengherankan apabila dorongan membeli kendaraan sendiri lebih diprioritaskan ketimbang opsi-opsi lainnya.
Dalam hal ini perlu adanya upaya strategis untuk mengantisipasi segala kemungkinan terkait peningkatan jumlah kendaraan bermotor agar konsumsi BBM bersubsidi lebih mungkin untuk dikendalikan atau agar tidak sampai melewati batas anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Setidaknya ada 3 upaya strategis untuk merealisasikan hal ini, yaitu :
- Memperbaiki Kualitas Layanan dan Meningkatkan Koneksi Antar Moda Angkutan Umum
- Menetapkan Standar Engineering Produksi Kendaraan Bermotor (Khususnya Mobil) Keluaran Terbaru
- Melakukan Akselerasi Penggunaan Kendaraan Listrik
1>> Memperbaiki Kualitas Layanan dan Meningkatkan Koneksi Antar Moda Angkutan Umum
Sebagai kawasan terpadat di Indonesia, jumlah pengguna transportasi umum di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) menurut catatan Kementerian Perhubungan tahun 2020 lalu prosentasenya baru mencapai 32% saja dari idealnya 60-70%.
Maka bisa diasumsikan bahwa sekitar 68% sisanya masih menggunakan kendaraan pribadi sebagai penopang mobilitas atau untuk menunjang kegiatan sehari-hari mulai dari sekolah, bekerja, dan segenap aktivitas lainnya.
Keengganan kita menggunakan transportasi umum sudah menjadi rahasia umum. Terutama karena kompleksnya permasalahan transportasi seperti kemacetan, keamanan dan kenyamanan berkendara, hingga durasi waktu tempuh.
Menurut survei Polling Institute sebagaimana dirilis oleh katadata.com, transportasi umum masih menempati urusan ke-4 moda transportasi yang paling sering dipergunakan. Peringkat pertama diduduki kendaraan pribadi (41.4%), disusul ojek online (28.4%), selanjutnya yaitu taxi online (5.6%), baru kemudian transportasi umum (2.4%).
Mengutip dari laman kompas.com, setidaknya ada 5 alasan utama mengapa masyarakat enggan menggunakan transportasi umum sebagai penunjang mobilitasnya, yakni waktu tempuh yang lebih lama, kondisi sesak dan berjubel, jadwal yang tidak terkendali, keterbatasan waktu operasi, dan biaya yang mahal.