Dan benar, sekitar dua hari pasca melahirkan efek terhadap kesehatan mulai terlihat. Sang ibu dari si bayi tidak bisa buang air kecil. Sehingga beberapa minuman tradisional dan juga modern pun dikonsumsi dengan harapan kondisi bisa kembali membaik. Tapi apadaya yang terjadi justru sebaliknya.
Setelah momen dibawanya kembali istri rekan tadi ke klinik untuk dipompa keluar cairan urinnya, tidak lama berselang sang istri justru mengalami kondisi yang memburuk. Kondisi kesehatannya turun drastis dengan kondisi tubuh yang pucat.
Sehingga mau tidak mau harus segera dirujuk ke rumah sakit menuju UGD guna mendapatkan penanganan segera supaya membantu yang bersangkutan melalui masa kritisnya.
Puji syukur sang istri belum terlambat ditangani. Dan sang dokter yang bertugas pun langsung "menginterogasi" dan "menceramahi" pihak keluarga setelah adanya beberapa penanganan yang disinyalir bermasalah sehingga membuat istri sang rekan tadi harus mengalami periode yang tidak mengenakkan.
Ada kesalahan penanganan selama fase pra persalinan sampai dengan perawatan pasca bersalin yang cenderung sembarangan. Maksud hati ingin mengombinasikan perawatan tradisional dengan meminum beberapa ramuan dan juga mengonsumsi obat resep dokter, hal itu justru membuat situasi menjadi lebih buruk.
Pasang Kateter
Istri sang rekan tadi akhirnya harus mendapatkan perawatan selama beberapa hari dari pihak rumah sakit. Dan diberikan alat bantu buang air kecil karena syarat yang mengatur otot untuk buang air kecil masih belum berfungsi normal.
Yang bersangkutan harus menjalani rawat jalan sekitar 1 bulan lamanya dengan tetap harus memakai kateter urin selama hari-hari tersebut sebagai bagian dari terapi penyembuhan.
Dari sini ada pelajaran penting yang bisa dipetik khususnya oleh para ibu hamil yang hendak melahirkan calon buah hatinya agar nanti selepas si jabang bayi lahir kedunia hal itu tidak "menyisakan" masalah kesehatan bagi sang ibu sebagaimana yang dialami oleh keluarga rekan saya tadi.
Berikut adalah 3 pelajaran penting tersebut: