Selama momen pandemi Covid-19 melanda kita cukup banyak menyaksikan ada begitu banyak pelaku bisnis yang terjerembab dan mengalami keterpurukan. Tapi disisi lain kita justru melihat anomali, di mana beberapa jenis usaha tertentu malah tumbuh pesat secara luar biasa.
Fenomena ini mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai peristiwa yang aneh. Meskipun jika ditilik lebih lanjut ternyata ada sebuah aspek besar yang memiliki kontribusi cukup signifikan dalam mengerek pertumbuhan bisnis menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Riset McKinsey menunjukkan bahwa ada beberapa perusahaan mengalami pertumbuhan yang jauh mengungguli beberapa kompetitornya. Bahkan dalam 25 tahun terakhir ini aspek tersebut berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis hingga mencapai 29 persennya. Yang disinyalir juga hal itu akan terus memberikan dampak signifikan dalam menciptakan pertumbuhan yang semakin baik di masa yang akan datang.
Hal ini berkaitan dengan atensi para pelaku bisnis terhadap aset tidak berwujud yang dimiliki dalam tubuh organisasi bisnis mereka. Aset tersebut akan berkontribusi penting dalam menopang pertumbuhan berkelanjutan. Sehingga sangat penting bagi para pelaku bisnis untuk memiliki sekaligus mengembangkannya.
Terdapat setidaknya 4 jenis aset tidak berwujud (intangible asset) yang perlu diberikan prioritas dalam menanamkan investasi guna tujuan pengembangan aspek-aspek penting dalam bisnis. Aspek-aspek tersebut antara lain:
<1- Aset Inovasi
Dalam buku berjudul Always Day One karya Alex Kontrowitz diungkapkan bahwa salah satu resep sukses perusahaan ecommerce dunia, Amazon, menguasai pangsa pasar adalah berkat adanya budaya inovasi yang sangat dikedepankan oleh sang pemilik, Jeff Bezos, kepada seluruh jajarannya.
Inovasi yang terus diberlakukan oleh Amazon terbukti menjadi aset yang luar biasa sehingga menjadikan perusahaan tersebut terus berkembang dan mampu secara cepat menyesuaikan dinamika perubahan yang terjadi begitu cepat di era digital seperti sekarang.
Inovasi bukan sekadar aset berharga. Hal itu juga sangat membantu bisnis untuk menjadi lebih kreatif dan adaptif terhadap seluruh perubahan yang ada. Sehingga apabila sebuah bisnis ingin terus eksis maka aspek inovatif ini tidak bisa diabaikan.Â
<2- Aset Digital dan Analitis
Membaur dengan dunia digital dan memanfaatkan data adalah sebuah keniscayaan di era disrupsi ini. Masa depan yang akan ditatap oleh semua jenis usaha tidak akan pernah jauh-jauh dari digitalisasi. Blockchain, metaverse, web 3.0, dan lain-lain akan semakin sering menghiasi diskusi ruang rapat.
Apabila kita abai terhadap realitas ini maka bersiaplah untuk semakin tertinggal oleh pihak-pihak yang lebih bersahabat terhadap perubahan zaman.
Tidak lupa, data menjadi "emas jenis baru" yang kini diperebutkan banyak pihak. Memiliki data ibarat memiliki tambang emas yang bisa diberdayakan dalam jangka panjang.Â
Syaratnya adalah kita harus melek dulu terhadap data. Bisnis harus melek pada data. Dengan mendasarkan keputusan dan strategi kebijakan pun juga terhadap hal itu.
<3- Aset Sumber Daya Manusia
Gaung perihal manusia adalah sumber daya terpenting suatu bisnis sudah lama kita dengar. Akan tetapi dalam praktiknya masih banyak perusahaan atau para pelaku bisnis yang dengan mudahnya membiarkan pekerjanya keluar masuk perusahaan. Turnover terjadi begitu tinggi seolah-olah setiap yang hilang bisa dengan mudah digantikan yang baru.
Padahal, korporasi-korporasi besar senantiasa merawat sumber daya manusia mereka agar bisa bertahan selama mungkin disana sekaligus memberikan dedikasi terbaik dalam jangka panjang.
Membekali para manusia penopang kinerja bisnis adalah investasi penting yang bisa jadi manfaatnya baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Yang mana hal itu jelas memerlukan kesabaran untuk menuai apa yang ditaburkan.
<4- Aspek Brand
Setiap bisnis pasti mempunya brand yang menentukan melekat tidaknya identitas dari suatu jenis produk atau layanan di benak para pelanggan. Aspek ini tidak bisa dibangun secara instan karena memerlukan beberapa penyesuaian dan kesabaran dalam penciptaannya.
Beberapa konsultan brand kerapkali hadir untuk memberikan layanan khusus pembentukan suatu brand. Dengan kata lain hal ini membuktikan bahwa diperlukan adanya perlakuan khusus yang memerlukan biaya tidak sedikit guna mewujudkannya.
Memberikan atensi dalam membesarkan kualitas brand akan berdampak dalam jangka panjang karena hal itu akan menumbuhkan kepercayaan akan kompetensi yang dimiliki oleh para pemberi layanan.
***
Pemberian atensi terhadap keempat aspek ini tentu tidak hanya dengan melalui ruang diskusi. Akan tetapi juga diperlukan adanya kontribusi nyata berupa investasi untuk merawat dan membesarkan aset-aset tidak berwujud tersebut agar kelak berdaya guna bagi bisnis.
Kita akan melihat bahwa pertumbuhan dan produktivitas bisnis tidak lagi ditentukan oleh besaran aset berwujudnya. Melainkan dari aset tidak berwujud. Sebagai perbandingan, nilai kapitalisasi pasar Garuda Indonesia pada tahun 2020 lalu adalah Rp 10.4 triliun berbanding Rp 400.3 triliun yang dimiliki GoTo. Padahal GoTo tidak punya pesawat seperti halnya Garuda.
Apa yang menjadikan GoTo unggul nilai kapitalisasi pasarnya adalah karena ia memiliki aset tidak berwujud yang jauh melebihi apa yang dimiliki oleh Garuda.
Lantas bagaimana dengan aset bisnismu?
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H