Jumlah pecahan uang yang ditukarkan berikut biaya jasa yang harus dibayarkan untuk setiap bendel harus dibuat jelas antara penjual dan pembeli sehingga menghindari akad yang ambigu.
Meskipun terkesan agak ribet tapi demi memperjelas akadnya maka seharusnya sah-sah saja hal itu dilakukan. Dan mungkin hal itu bisa menjadi branding tersendiri bagi suatu penyedia jasa tukar uang dibandingkan penyedia layanan sejenis yang lainnya.
Cara 2 :
Membuat kesepakatan tertulis yang menjelaskan nominal uang yang hendak ditukarkan dan nilai pecahan uang yang ingin diperoleh. Secara garis besar inti akadnya sama dengan Cara 1.
Namun disini dibuat secara tertulis dengan mencantumkan nilai uang yang hendak ditukarkan. Misalnya lima puluh, seratus ribu, dua ratus ribu, dan seterusnya. Kemudian mencantumkan juga nilai pecahan mata uang berapa saja yang diinginkan. Misalnya pecahan dua ribuan, pecahan lima ribuan, pecahan sepuluh ribuan, dan seterusnya atau kombinasi dari beberapa pecahan uang sekaligus.
Kesepakatan tertulis yang dibuat misalnya yaitu :
Dengan ini saya atas nama (...) bermaksud untuk menukarkan uang sebagai berikut :
Nominal uang yang ditukarkan     : Rp 100.000,-
Nominal pecahan yang diinginkan   :
- Pecahan Rp 2.000,- Â Â Â Â Â Â : Rp 50.000,-
- Pecahan Rp 5.000,- Â Â Â Â Â Â :
- Pecahan Rp 10.000,- Â Â Â Â Â : Rp 50.000,-
- Pecahan Rp 20.000,- Â Â Â Â Â :
- Lainnya Rp .... Â Â Â Â Â Â Â Â :
Total nominal pecahan uang      : Rp 100.000,-
 Dan menyepakati biaya jasa penukaran uang sebesar Rp 10.000,-